Teknologi generasi kelima atau 5G yang masih dalam pengembangan terus digaungkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Walaupun jaringannya masih jauh untuk bisa dinikmati secara umum, perangkat teknologi ini mulai diperkenalkan kepada publik.
Berdasarkan rencana implementasi 5G di Indonesia oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), regulasi 5G termasuk di dalamnya spektrum dan model bisnis 5G baru bisa diumumkan pada 2020 atau 2021. Sementara lelang pita jaringan 5G baru dilakukan pada 2022.
Walaupun kemunculannya masih jauh, perangkat untuk teknologi ini mulai diperkenalkan, seperti yang dilakukan perusahaan prosesor Qualcomm. Melalui kelas Snapdragon Academy 2.0 pada Kamis (20/12/2018), perusahaan ini memperkenalkan produk cip Snapdragon dengan kemampuan 5G. Cip bernama Snapdragon 855 ini sebelumnya telah dirilis di Hawaii pada 4 Desember 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
SITA NURAZMI MAKHRUFAH UNTUK KOMPAS–Senior Manager Business Development Qualcomm Technologies Inc Dominikus Susanto dalam presentasinya mengenai mobile connectivity memperkenalkan Snapdragon 855 yang mendukung 5G, Jakarta Selatan, Kamis (20/12/2018).
Snapdragon 855 merupakan system-on-chip pertama yang menyediakan konektivitas jaringan seluler 5G. Perkenalan ini dirangkaikan dengan kelas yang membahas konektivitas seluler.
”Kemampuan konektivitas (Snapdragon 855) yang tinggi, tidak hanya pada seluler, tetapi juga termasuk Wi-Fi (wireless fidelity) dengan Wi-Fi-6-Ready yang memiliki kecepatan mencapai 10 gbps,” kata Senior Manager Business Development Qualcomm Technologies Inc Dominikus Susanto.
Seperti perkembangan konektivitas sebelumnya, yang ditawarkan dari perkembangan 4G ke 5G, yaitu kecepatan yang lebih kencang, kapasitas yang lebih besar, dan latensi yang lebih rendah. Kemampuan transfer 5G sebesar 1 hingga 10 gigabit per detik.
Penambahan kapasitas pada 5G juga membuat kecepatan jaringan ini tetap terjaga walau diakses di tempat yang ramai. Kemampuan ini disempurnakan dengan latensi yang semakin rendah, 1 milidetik. Adapun 4G masih memiliki tingkat latensi 10 milidetik.
Kemunculan 5G ke depan akan melahirkan teknologi-teknologi baru dengan memanfaatkan kelebihan 5G. Perusahaan pun menunjukkan kesiapannya menyambut teknologi ini.
Menunjukkan kesiapan menyambut 5G di Indonesia tidak hanya dilakukan Qualcomm. Sebelumnya, perusahaan operator telekomunikasi telah menguji coba teknologi ini, seperti XL, Telkomsel, dan Indosat. Mereka memperagakan bagaimana teknologi ini dimanfaatkan dalam sistem transportasi, kesehatan, industri, dan pendidikan. Telkomsel, misalnya, yang memamerkan mobil otomatis pada Asian Games 2018. Mobil ini tidak lagi menggunakan sopir, tetapi sensor dan kecerdasan buatan.
Walau perusahaan-perusahaan telah menunjukkan kesiapannya, teknologi 5G ini belum bisa dinikmati secara komersial dalam waktu dekat. Butuh pergerakan cepat untuk bisa segera merealisasikan 5G.
Menurut Country Head Qualcomm Indonesia Shannedy Ong, hal yang paling fundamental yang harus dilakukan Indonesia adalah alokasi spektrum 5G. Setelah itu baru infrastruktur dan ekosistem yang mendukung 5G (Kompas.id 13/11/2018). (SITA NURAZMI MKAHRUFAH)–PASCAL S BIN SAJU
Sumber: Kompas, 20 Desember 2018