Jenazah Prof Sarlito Wirawan Sarwono dikebumikan di Pemakaman Giri Tama, Tonjong Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (15/11) siang. Guru Besar Psikologi Sosial Universitas Indonesia itu meninggal dunia pada Senin malam di RS PGI Cikini, Jakarta, karena infeksi pencernaan.
Semasa hidupnya, Sarlito dikenal oleh masyarakat luas. Sebagai psikolog sosial, pemikirannya kerap dibutuhkan untuk membedah fenomena kemasyarakatan, termasuk hukum.
Media massa sering menjadikan pandangannya sebagai rujukan untuk memaknai fenomena sosial yang menonjol, seperti kasus kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Murid-muridnya” tak hanya sebatas di lingkup Universitas Indonesia, tetapi juga di lembaga di kepolisian. Tak heran bila Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian menyempatkan diri melayat di rumah duka, Kompleks UI Ciputat, Tangerang Selatan.
Di mata Tito, kepergian Sarlito merupakan kehilangan besar bagi pemangku kepentingan untuk program-program strategis penanganan masalah sosial.
“Pak Sarlito termasuk salah satu inisiator program deradikalisasi terorisme,” kata Tito.
Sempat mengenyam pendidikan di Universitas Edinburgh (Skotlandia) dan Universitas Leiden (Belanda), analisis Sarlito tajam untuk sejumlah kasus hukum. Karena itu, ia kerap tampil sebagai saksi ahli untuk kasus-kasus hukum menonjol. Sebut misalnya, kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso.
Psikolog “gaul”
Psikolog anak, Seto Mulyadi, mengenang Sarlito sebagai sosok ilmuwan yang menjunjung tinggi kesetaraan manusia, terlepas ras, agama, status ekonomi, dan umur. Sarlito menyapa anak-remaja secara “gaul”.
Seto dan Sarlito pernah mengasuh acara “Sarlito-Seto Show” di Radio Prambors tahun 1982. Acara itu merupakan wadah bagi remaja untuk bertanya seputar masalah sehari-hari, mulai dari pubertas hingga hubungan dengan orangtua.
“Pak Sarlito meyakini, mendidik remaja agar menjadi pemimpin di masa depan adalah lewat dialog, bukan perintah,” ujarnya.
Adapun pakar pendidikan Arief Rachman yang sudah bersahabat dengan Sarlito semenjak di bangku SMAN 1 Bogor, mengenangnya sebagai sosok yang tegas tetapi senang bercanda. Salah satu cara mengasah kepekaannya adalah bermain saksofon.
Dua pekan lalu, dia menerima penghargaan pengabdian seumur hidup dari Ikatan Psikolog Sosial Indonesia.
Selamat jalan, Pak Sarlito.(DNE)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 November 2016, di halaman 12 dengan judul “Selamat Jalan Psikolog “Gaul” Sarlito Wirawan Sarwono”.
—————-
Psikolog Sarlito Wirawan Sarwono Tutup Usia
KOMPAS/AGUS SUSANTO–Sarlito Wirawan Sarwono
Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono meninggal dunia Senin (14/11) malam dalam usia 72 tahun. Almarhum mengembuskan napas terakhir di RS PGI Cikini, Jakarta, pukul 22.18, karena pendarahan pada lambung. Adik kandung Sarlito, Sarsito Nuriawan, Senin malam, mengatakan, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka Kompleks UI Ciputat, Nomor 6, Tangerang Selatan. Jenazah akan dikebumikan pada hari Selasa ini di Pemakaman Giri Tama Tonjong, Parung, setelah waktu shalat dzuhur. Menurut Sarsito, dua hari terakhir, Sarlito mendapat perawatan di RS Cikini setelah beberapa hari sebelumnya dirawat di RS Siloam Asri, Jakarta. Almarhum kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 2 Februari 1944, meninggalkan istri, Sri Pratiwi, dan tiga anak, yakni Untung Adha Saryanto, Astrid Novianti, dan Aditya Suryatin Sarwono. (NAR/ATK)