Berdasarkan riset terbaru, secara global, satu dari lima orang di seluruh dunia berisiko sakit parah jika terpapar Covid-19. Kerentanan di suatu negara akan meningkat jika jumlah populasi yang lebih tua lebih banyak.
Tingginya jumlah orang yang berpotensi terpapar Covid-19 menuntut penguatan kapasitas perawatan rumah sakit. Dalam studi terbaru disebutkan, secara global, satu dari lima orang di seluruh dunia berisiko memiliki setidaknya satu kondisi yang bisa membuat mereka sakit parah jika terpapar penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru itu.
Namun, kapasitas fasilitas kesehatan di banyak negara belum memadai. Tingginya angka kematian karena penyakit itu di Jawa Timur menunjukkan kurangnya kapasitas rumah sakit dibandingkan jumlah kasus. Situasi serupa bisa terjadi di wilayah lain dengan layanan kesehatan lebih minim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Meskipun tingkat kematian di Jawa Timur mulai turun, masih tertinggi di Indonesia. Ini menunjukkan kapasitas rumah sakit belum mencukupi, dibandingkan jumlah kasusnya,” kata epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, Kamis (25/6), saat dihubungi dari Jakarta.
Windhu mengatakan, tingkat kematian di Jawa Timur saat ini mencapai 7,2 persen dan Surabaya 7,4 persen. Sedangkan secara nasional sebesar 5,2 persen. Angka kematian ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Angka kematian ini bisa jauh lebih besar jika pasien dalam pemeriksaan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) yang meninggal juga dihitung. Sesuai panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban Covid-19 yang dilaporkan seharusnya adalah yang terkonfirmasi melalui tes molekular dan yang secara klinis diduga Covid-19, sampai terbukti ada penyebab lain, misalnya karena benturan.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA—Awak bus memeriksa suhu tubuh calon penumpang di Terminal Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020).
Data Rumah Sakit Online yang menghitung jumlah total korban ini mencatat, jumlah total kematian di seluruh Indonesia terkait Covid-19 hingga Kamis malam telah mencapai 11.664 orang dan jumlah total pasien yang dirawat mencapai 38.300 orang. Angka ini meliputi mereka yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19, PDP, dan ODP.
Masih menurut data yang sama, jumlah orang yang meninggal di Jawa Timur telah mencapai 2.624 orang dan yang dirawat di rumah sakit 7.887. Sementara di Surabaya, jumlah korban jiwa sebanyak 1.159 orang dan yang dirawat di rumah sakit 2.016 orang.
Menurut Windhu, sebaran kasus di Jawa Timur, khususnya Surabaya, terlambat ditangani sehingga meledak melebihi kapasitas rumah sakit. “Saat ini sudah ada perbaikan, ditandai nilai Rt (angka reproduksi virus) Jawa Timur sudah lima hari berturut-turut di bawah 1. Kalau tes terus meningkat dan warga disiplin menerapkan protokol kesehatan, saya yakin situasi akan membaik,” tuturnya.
Namun Windhu memperingatkan, daerah lain juga bisa mengalami situasi sama dengan Jawa Timur. “Covid-19 lebih cepat meledak di daerah berkepadatan tinggi seperti Jakarta atau Surabaya. Tetapi, bukan berarti daerah lain aman, mungkin belum saja. Jadi harus tetap waspada,” tuturnya.
Kerentanan tinggi
Penelitian oleh Andrew Clark dari London School of Hygiene & Tropical Medicine dan tim yang dipublikasikan di jurnal The Lancet baru-baru ini menunjukkan tingginya jumlah orang yang berpotensi terpapar dan menuntut perawatan rumah sakit. Disebutkan, satu dari lima orang di seluruh dunia berisiko memiliki setidaknya satu kondisi yang bisa membuat mereka sakit parah jika terpapar Covid-19.
Dalam kajian ini, para peneliti memperkirakan ada 1,7 miliar orang, merupakan dari 22 persen dari populasi global, memiliki setidaknya satu kondisi yang membuat mereka bisa mengalami gejala parah jika terkena Covid-19. Mereka yang rentan jika terinfeksi meliputi 5 persen orang dengan usia lebih muda dari 20 tahun dan 66 persen di antaranya yang berusia 70 tahun atau lebih.
“Kami memperkirakan sekitar 349 juta orang atau 4 persen dari populasi global berisiko parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit jika terkena Covid-19,” sebut Andrew.
Dari 349 juta orang ini, kurang dari 1 persennya yang berusia lebih muda dari 20 tahun dan sekitar 20 persen mereka yang berusia 70 tahun atau lebih. Pria berada pada risiko tinggi sekitar 6 persen dibandingkan dengan 3 persen. Kerentanan di suatu negara akan meningkat jika jumlah populasi yang lebih tua lebih banyak.
Negara-negara Afrika dengan prevalensi HIV/AIDS tinggi, dan negara-negara pulau kecil dengan prevalensi diabetes tinggi, juga berisiko lebih besar. Adapun individu yang paling berisiko yang memiliki penyakit ginjal kronis, diabetes, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan kronis.
Berdasarkan kajian ini, dari 167,7 juta populasi di Indonesia yang memiliki setidaknya satu kondisi yang membuat mereka mengalami gejala parah mencapai 53,5 juta penduduk. Sementara jumlah penduduk yang membutuhkan perawatan di rumah sakit bisa mencapai 10,7 juta orang.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 26 Juni 2020