Setelah ditetapkan sebagai pusat unggulan iptek nilam di Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, kian serius melakukan penelitian dari hulu ke hilir. Produk turunan sudah dihasilkan.
KOMPAS/ZULKARNAINI–Unsyiah baru saja meluncurkan delapan produk berbahan baku minyak nilam. Pada 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Pusat Riset Atsiri Unsyiah sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Nilam di Indonesia.
Setelah ditetapkan sebagai pusat unggulan iptek nilam di Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Provinsi Aceh, kian serius melakukan penelitian dari hulu ke hilir. Sejumlah produk turunan nilam telah dihasilkan, seperti parfum dan pewangi ruangan. Riset memberikan nilai tambah terhadap komoditas unggulan daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Riset nilam yang dilakukan oleh Unsyiah sangat baik. Meningkatkan nilai tambah, tanaman petani ada kepastian harga sehingga memperkuat fondasi ekonomi daerah,” kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro saat memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (28/2/2020). Menristek mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan riset terhadap komoditas unggulan daerah masing-masing.
Penelitian terhadap nilam dilakukan oleh para dosen dan melibatkan mahasiswa di bawah lembaga Pusat Riset Atsiri (ARC) Unsyiah. Kini sembilan produk berbahan baku minyak nilam telah dihasilkan, di antaranya parfum, balsem cair, lulur, cairan cuci tangan, biolosion, pengharum ruangan, dan aroma terapi.
KOMPAS/ZULKARNAINI–Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (28/2/2020).
Untuk menunjang riset nilam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membantu sebuah mesin penyulingan modern. Dengan mesin baru, Pusat Riset Atsiri dapat menambah kualitas produk nilam dan menambah kuantitas produk.
Mesin ini mampu menyuling 24 ton minyak nilam dalam setahun. Kualitas minyak nilam yang dihasilkan dengan mesin ini mampu membuat kandungan patchouli alkohol atau senyawa utama minyak nilam di atas 40 persen sesuai dengan standar pasar Singapura, Eropa, dan Amerika. ”Semangat Unsyiah harus menular. Semakin banyak komoditas yang diolah, semakin bermanfaat bagi warga,” kata Bambang.
Setiap provinsi di Nusantara memiliki komoditas pertanian, seperti kakao, pala, karet, kelapa sawit, dan kopi. Namun, komoditas itu kurang sentuhan riset sehingga minim produk turunan yang dihasilkan.
Tugas perguruan tinggi, kata Bambang, meneliti dan melahirkan produk turunan agar memberikan nilai tambah. Perguruan tinggi diminta turun ke lapangan untuk mendengar persoalan warga dan memberi solusi. Dengan demikian, petani juga memiliki jaminan terhadap pasar.
”Sumber daya alam dan komoditas bukan hanya untuk diekspor, melainkan harus dipikirkan pengolahan. Riset dari hulu hingga hilir akan melahirkan produk terbaik,” kata Bambang.
Rektor Unsyiah Samsul Rizal menuturkan, pihaknya berkomitmen mengembangkan nilam dari hulu (penanaman) hingga hilir (pengolahan). Produk nilam Unsyiah kini dijual di pasaran. Selain nilam, Unsyiah juga sedang melakukan riset terhadap kopi Gayo.
KOMPAS/ZULKARNAINI–Petani di Kabupaten Gayo Lues memanen tanaman nilam untuk diolah menjadi minyak atsiri, 13 Agustus 2018.
”Ini bentuk tanggung jawab atau tridarma perguruan tinggi,” kata Samsul. Unsyiah membina sejumlah petani nilam di Kabupaten Aceh Jaya. ARC membeli minyak nilam hasil sulingan petani dengan harga kompetitif. Minyak nilam dari petani kemudian disuling kembali untuk menghasilkan minyak yang berkualitas tinggi.
Samsul mengatakan, Unsyiah, Pemprov Aceh, Pemkab Aceh Jaya, Bank Indonesia Aceh, dan swasta memiliki visi yang sama mengembangkan produk nilam aceh. Untuk itu, Desa Ranto Sabon, Aceh Jaya, telah ditetapkan sebagai desa wisata nilam.
Ketua ARC Unsyiah Syaifullah Muhammad mengatakan, riset pengembangan komoditas nilam yang dilakukan Unsyiah telah dilakukan sejak 2015. Awalnya Unsyiah diminta oleh Pemprov Aceh untuk menelaah dan menyusun rencana pengembangan tanaman nilam dari hulu hingga hilir. Setelah itu, pihaknya selain membeli minyak petani juga mendampingi petani.
ARC mentransfer ilmu kepada petani agar produksi membaik. Dengan adanya produk turunan buatan Unsyiah, kata Syaifullah, petani nilam memiliki pilihan lain menjual minyak selain kepada pengepul.
KOMPAS/ZULKARNAINI–Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, melakukan penyulingan minyak nilam di laboratorium Pusat Riset Atsiri di kampus tersebut, Sabtu (29/6/2019). Unsyiah baru saja meluncurkan delapan produk berbahan baku minyak nilam. Pada 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Pusat Riset Atsiri Unsyiah sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Nilam di Indonesia.
”Secara tidak langsung kami membuka tata niaga minyak nilam yang baru. Selama ini harga minyak nilam sepenuhnya diatur penampung dan petani tidak bisa berbuat apa-apa. Akibatnya saat produksi tinggi harga anjlok,” kata Syaifullah.
Oleh ZULKARNAINI
Editor: AUFRIDA WISMI WARASTRI
Sumber: Kompas, 29 Februari 2020