Dunia mengakui pemuliaan mutasi tanaman oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan sebagai kontribusi bagi riset pangan dunia. Salah satu riset yang diakui adalah pemuliaan mutasi sorgum.
Batan pun menjadi mitra Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) serta Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melalui Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Techniques in Food and Agriculture untuk memajukan riset sorgum sejumlah negara. “Kami (Batan) menjadi pusat pelatihan. Fasilitas kami dinilai lengkap, mulai laboratorium terstandar, gudang penyimpanan, hingga lahan uji coba,” ujar pemulia tanaman pada Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan, Soeranto Human, Rabu (15/6), di Jakarta.
Kelompok pemuliaan tanaman PAIR Batan memperoleh Outstanding Achievement Award Joint FAO/IAEA Programme: Nuclear Techniques in Food and Agriculture, 2014. Terkait sorgum, peneliti Batan merekayasa materi genetik varietas asal Tiongkok, Zhengzu, untuk dapat varietas dengan sifat diinginkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Biji sorgum diradiasi dengan sinar gama pada dosis 300 Gray di iradiator gama di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Riset menghasilkan tiga varietas sorgum tahan kekeringan: Pahat (Pangan Sehat) yang dilepas 2013 serta Samurai (Sorgum Mutan Radiasi) 1 dan Samurai 2 tahun 2014.
Soeranto mengatakan, varietas unggul untuk pangan adalah Pahat, sedangkan untuk gula dan bioetanol Samurai 1. Produktivitas varietas Pahat rata-rata 5,8 ton biji kering per hektar, sedangkan Zhengzu 2-3 ton biji kering per ha. Biji sorgum Pahat bisa dipanen pada usia tiga bulan, sedangkan varietas asalnya baru dipanen empat bulan.
Untuk varietas Samurai 1, kandungan brix (zat padat terlarut, salah satu komponen analisis gula) pada batang 17 persen, sedang varietas asalnya 10-11 persen. Potensi produksi bioetanol Samurai 1 1.148 liter per ha.
Melatih asing
Atas capaiannya, Batan melatih peneliti sejumlah negara meriset pemuliaan mutasi sorgum di Pasar Jumat, seperti Burkina Faso, Myanmar, dan Sri Lanka. Soeranto juga pernah dikirim ke Burkina Faso guna mendampingi riset di sana dan akan ke Mongolia untuk evaluasi pemuliaan.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Pemulia tanaman Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR Batan), Soeranto Human, memeriksa pertumbuhan sorgum dari kultur jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan PAIR Batan, Rabu (15/6), di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Sorgum dalam tabung-tabung itu sudah diradiasi dengan sinar gama menggunakan beragam dosis penyinaran.
Negara-negara tetangga di Asia Tenggara juga mulai melirik riset sorgum meski pangan pokok masih beras. “Sorgum tanaman yang bisa diandalkan di masa depan, saat kekeringan bertambah akibat perubahan iklim,” ujarnya.
Kepala PAIR Batan Hendig Winarno menuturkan, Batan memang fokus mengembangkan tanaman untuk lahan dengan cekaman abiotik, seperti lahan kering dan masam, agar tak bersaing dengan pengembangan padi. “Potensi lahan kering dan lahan masam 25,3 juta hektar. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur termasuk provinsi dengan lahan kering yang sangat luas,” katanya.
Dengan demikian, petani bisa membudidayakan sorgum di lahan yang tak bisa ditanami padi. Pemanfaatan bisa untuk pangan, pakan ternak, gula, dan bioetanol. Tantangan kini, masyarakat belum biasa dengan sumber karbohidrat selain padi. (JOG)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Riset Mutasi Sorgum Batan Diakui Dunia”.