Sejumlah peneliti dari Indonesia bekerja sama dengan beberapa lembaga internasional akan mengembangkan stent atau cincin untuk jantung. Harapannya, dalam lima tahun mendatang Indonesia bisa memproduksi cincin jantung sendiri sehingga biaya terapi penyakit jantung yang memerlukan cincin bisa ditekan.
Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Iwan Dakota menyampaikan hal itu, Jumat (28/11), di Jakarta.
Selama ini di RS Harapan Kita, dalam setahun ada sekitar 3.000 pasien butuh tindakan pemasangan cincin. Jadi, cincin dipasang pada pembuluh darah koroner untuk melebarkan pembuluh darah yang sudah menyempit lewat intervensi nonbedah. Seorang pasien bisa dipasang lebih dari satu cincin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Harga cincin di RS Harapan Kita bervariasi, mulai dari Rp 8 juta sampai puluhan juta rupiah per buah. Jika Indonesia bisa memproduksi cincin sendiri, diharapkan tarif pemasangan cincin lebih murah, apalagi kebutuhannya banyak,” ucap Iwan.
Menurut rencana, riset cincin jantung dimulai akhir Desember 2014. Kini, peneliti masih mendiskusikan bahan apa yang akan dipakai untuk membuat cincin, apakah stainless atau cobalt chromium. Riset itu diperkirakan selama tiga tahun dan paling lambat dua tahun setelah itu cincin jantung diharapkan dipatenkan dan dibuat di Indonesia. Cincin jantung itu diharapkan diproduksi badan usaha milik negara.
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita merupakan pusat jantung nasional yang memiliki fungsi pembinaan, pendidikan, dan penelitian. Ada 14 RS jantung regional di Indonesia yang dibina RS Harapan Kita.
Ketua panitia 10th Asian Interventional Cardiovascular Therapeutics Doni Firman mengatakan, selama penyelenggaraan pertemuan ilmiah tahunan ahli jantung se-Asia Pasifik (27-29 November 2014), 14 operasi di RS Harapan Kita disiarkan langsung. Jadi, operasi itu bisa disaksikan para peserta pertemuan di Hotel Ritz-Carlton Jakarta.
Sekitar 750 peserta pertemuan bisa belajar bagaimana melakukan berbagai metode tindakan nonbedah pada jantung dan pembuluh darah. ”Operasi yang disiarkan langsung jadi bagian dari proses belajar dokter jantung dan pembuluh darah,” kata Doni. (ADH)
Sumber: Kompas, 29 November 2014