Pengusaha Arifin Panigoro mengatakan, agar mendapat manfaat besar dalam perkembangan ekonomi baru, suatu bangsa memerlukan populasi wirausaha yang kuat.
Arifin mengungkapkan, salah satu ukuran kualitas seorang wirausaha dalam ekonomi baru adalah kemampuannya memanfaatkan pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan nilai dan membangun daya saing. Teknologi itu bisa diciptakan sendiri atau oleh orang lain yang kemudian diadopsi secara cerdas. “Karena itu dalam ekonomi baru muncul kebutuhan yang besar untuk memunculkan kelompok technopreneurship,” papar Arifin dalam pidato ilmiah penganugerahan gelar doktor kehormatan (honoris causa) terhadap dirinya di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Tamansari, Kota Bandung kemarin.
Menurut pendiri dan pemilik Medco Group ini, kelompok technopreneurship adalah masyarakat inovatif yang menciptakan dan mengembangkan usaha dengan bertumpu pada kekuatan pengetahuan dan teknologi. Arifin mengatakan, ITB menegaskan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kewirausahaan. Pemberian gelar dari ITB dia nilai sebagai sikap perguruan tinggi itu terhadap pentingnya kewirausahaan. “Dengan penghargaan ini, ITB menyatakan bahwa Indonesia tidak hanya memerlukan kewirausahaan dalam arti luas, namun perlu wirausahawan yang dapat memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Alumnus Jurusan Elektro ITB tahun 1973 ini mengatakan, kualitas kewirausahaan seseorang juga ditentukan oleh komitmennya menjalankan usaha secara beretika serta tanggung jawab sosialnya. Menurutnya, etika mencakup keberanian untuk mendengarkan suara hati nurani dan bertindak sesuai dengan bisikan nurani tersebut. Dalam mengembangkan perusahaan, pengusaha tidak boleh mengorbankan kepentingan atau kesejahteraan masyarakat. Arifin mengatakan bahwa prinsip good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) harus ditekankan sebagai sikap selalu melakukan yang benar ketika ada peraturan atau tidak ada peraturan.
“Atau ada yang melihat ataupun tidak ada yang melihat,” ujarnya. ITB memberi anugerah gelar doktor kehormatan kepada Arifin Panigoro pada bidang technopreneurship. Gelar itu diberikan berkat kepeloporannya dalam pengembangan industri minyak dan gas nasional serta etika yang diterapkannya dalam berbisnis. Dengan penganugerahan itu, Arifin masuk dalam daftar tujuh warga negara Indonesia yang pernah mendapat gelar doktor kehormatan dari ITB sejak kampus itu berdiri pada 1920. Keenam tokoh nasional lainnya adalah Proklamator Ir Soekarno, Dr Ir Sediatmo, Prof Dr J Rooseno, Dr Soetarjo Sigit, Dr Ir Hartarto Sastrosonarto, dan Prof Dr Emil Salim.
Menurut Ketua Tim Promotor Pemberian Gelar Kehormatan Djoko Santoso, pemberian gelar tersebut berkat jasa dan sumbangsih Arifin Panigoro pada industri minyak dan gas Tanah Air. Arifin merupakan pelopor pengembangan industri minyak dan gas nasional melalui usaha jasa konstruksi pipa, pengeboran minyak, hingga eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang tergabung dalam jaringan Medco Energi. “Jaringan usaha Medco Energi yang didirikannya kini tidak hanya beroperasi di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Seperti Kamboja, Timur Tengah, Libya, dan Teluk Meksiko di Amerika Serikat,” ujar Djoko.
Bahkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir usaha yang telah dikembangkannya mampu memberikan kontribusi sebesar USD7,6 miliar kepada republik ini. Berkat jasa dan upaya lelaki kelahiran Bandung, 14 Maret 1945 itu, bangsa Indonesia mampu membuka kesempatan kerja hingga 14.000 orang lebih dari dalam maupun luar negeri. Arifin pun dikenal sebagai sosok yang selalu mengupayakan good corporate governance bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sedang berkembang atau dilanda krisis. Pemberian gelar doktor kehormatan kepada Arifin Panigoro bermula dari usulan almarhum Iskandar Alisjahbana, Rektor ITB periode 1977-1978.
Awalnya Arifin mengaku tidak pantas menerimanya. Namun seiring berjalannya waktu, usulan tersebut bergulir di kalangan ITB hingga akhirnya disetujui. Atas pemberian gelar tersebut, Arifin mengaku semakin tertantang untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini. “Mudah-mudahan dengan penghargaan ini saya bisa berkiprah terus. Walaupun terus terang penghargaan ini terlalu tinggi,” kata Arifin seusai penobatan gelar doktor kehormatan. Menurutnya, prestasi tersebut tak lepas dari kondisi lingkungan ketika dirinya masih kecil.
Keluarga yang nyaris hidup dari berwirausaha memberinya pengalaman berharga. Dari hal itu Arifin mengaku banyak belajar bisnis, baik dari buyut maupun orang tuanya. Kondisi tersebut membuatnya banyak belajar tentang bekerja keras, tekun, tanggung jawab, dan tumbuhnya jiwa entrepreneur (kewirausahaan). Baginya, kehidupan merupakan proses belajar tanpa akhir. (Koran SI/Koran SI/mbs)
Sumber: Okezone, Minggu, 24 Januari 2010 – 11:02 wib