Para perekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional berhasil menyelesaikan desain rekayasa dasar reaktor daya eksperimental secara mandiri. Upaya itu mampu menekan anggaran pembangunan reaktor riset tersebut hingga separuhnya.
Biaya pembangunan reaktor daya eksperimental (RDE) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berdasarkan desain konseptual yang disusun konsorsium perusahaan Jerman-Indonesia pada 2015 mencapai Rp 4,3 triliun. Padahal, reaktor itu hanya berkapasitas 10 megawatt termal (MWt) yang menghasilkan listrik 3 megawatt elektrik (MWe).
Mahalnya biaya mendorong para perekayasa Batan menyusun sendiri desain rekayasa dasar (BED) RDE, tidak bergantung pada negara lain. Hasilnya, biaya pembangunan RDE bisa ditekan menjadi hanya Rp 2,2 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Meski teknologi nuklir adalah teknologi tinggi dengan sistem yang kompleks, nyatanya kami mampu menyelesaikannya,” kata Topan Setiadipura, ketua tim penyusunan BED RDE Batan, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (28/9).
Kepala Batan Djarot S Wisnubroto mengatakan, BED yang disusun itu masih tahap awal. Selanjutnya, desain akan dikaji tim independen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) serta menjalani sejumlah uji untuk proses sertifikasi dari negara lain dan pemantauan Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Listrik dan panas
Masukan sejumlah lembaga itu akan digunakan untuk menyusun desain detail RDE hingga RDE siap dibangun pada 2020 dan beroperasi pada 2024. Saat beroperasi, RDE yang menggunakan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (HTGR) akan difungsikan sebagai pembangkit listrik dan pembangkit panas.
Panas tinggi yang dihasilkan RDE bisa dimanfaatkan untuk desalinasi air laut, memproduksi hidrogen, memperkaya kalori batubara muda, pengoperasian sumur minyak tua, pemurnian mineral (smelter), hingga keperluan industri lain. “Fungsi gandanya membuat banyak negara tertarik mengembangkan HTGR, seperti Polandia dan Arab Saudi,” kata Djarot.
Reaktor RDE ini merupakan reaktor nuklir generasi keempat yang memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Bahan bakar reaktor berupa bola-bola uranium diselubungi grafit yang sulit disabotase teroris. Reaktor juga otomatis berhenti beroperasi saat terjadi gempa. Keberhasilan penyusunan BDE ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor teknologi nuklir.(MZW)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Batan Tuntaskan Desain Rekayasa Dasar Sendiri”.