Pasien Covid-19 yang meninggal di wilayah DKI Jakarta rata-rata berumur 58,2 tahun. Mereka umumnya memiliki penyakit penyerta, seperti pneumonia dan hipertensi.
Kajian terbaru menunjukkan, pasien Covid-19 yang meninggal di wilayah DKI Jakarta rata-rata berumur 58,2 tahun. Kajian juga menemukan, usia tua, pneumonia, sesak napas, dan hipertensi merupakan faktor-faktor prediktor utama terjadinya kematian pada pasien terkonfirmasi Covid-19.
Kajian ini dipublikasikan para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta di jurnal Acta Medica Indonesiana. Periset FKUI terdiri dari Anna Rozaliyani, Diah Handayani, dan tim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kajian ini, para periset menggunakan data rekapitulasi penelusuran epidemiologi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dari 2 Maret hingga 27 April 2020. Hasilnya, dari total 4.052 pasien, sebanyak 381 orang meninggal atau angkanya 9,4 persen.
”Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, baik kepada masyarakat maupun klinisi, mengenai faktor-faktor yang memengaruhi risiko kematian pasien Covid-19,” kata Dekan FKUI Ari Fahrial Syam, menanggapi hasil kajian ini, di Jakarta, Kamis (8/10/2020).
Dalam paper ini, Anna menyebutkan, risiko kematian lebih besar jika pasien lebih tua, menderita sesak napas, pneumonia, dan hipertensi yang sudah ada sebelumnya. Paper ini juga menyebutkan, rata-rata usia pasien Covid-19 yang meninggal 58,2 tahun. Risiko kematian meningkat mulai usia 50 tahun ke atas dengan perbedaan signifikan dibandingkan usia di bawahnya.
Kajian juga menemukan, dari 41,1 persen pasien Covid-19 dengan pneumonia, sebanyak 81,6 persen pasien meninggal. Pada pasien-pasien tersebut juga dijumpai gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas. Penelitian ini juga menyatakan hipertensi meningkatkan risiko kematian pasien Covid-19 sebesar dua kali lipat.
Ari berharap, hasil penelitian ini bisa meningkatkan sikap waspada dan upaya pencegahan harus senantiasa dilakukan. Apalagi, angka kematian Covid-19 di Indonesia terbilang tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian dunia. ”Kematian pada balita biasanya dengan komorbid asma, kelainan jantung bawaan, dan kelainan darah,” katanya.
Sekalipun mayoritas korban yang meninggal berumur di atas 50 tahun, Ari juga mengingatkan risiko pada anak-anak. Apalagi, Indonesia memiliki jumlah korban anak karena Covid-19 termasuk tertinggi di dunia.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, secara nasional jumlah anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang meninggal sebanyak 0,8 persen, anak umur 6-18 tahun yang meninggal 0,9 persen, dan 19-30 tahun 3,7 persen. Berdasarkan data ini, usia kematian terbanyak di atas 60 tahun sebanyak 41,9 persen, disusul usia 46-59 tahun sebanyak 39,3 persen, dan 31-45 tahun 13,4 persen.
Jika dibandingkan dengan data di negara lain, persentase korban yang meninggal di Indonesia cenderung lebih muda. Data di Worldometers.info yang mengacu pada laporan resmi Pemerintah Kota New York menunjukkan, mayoritas orang yang meninggal pada Mei 2020 berumur di atas 75 tahun yang mencapai 48,7 persen. Berikutnya pasien berumur 65-74 tahun mencapai 24,9 persen dan umur 45-64 tahun mencapai 22,4 persen.
Pembatasan sosial
Sementara itu, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia kembali mencapai 4.850 kasus sehingga total menjadi 320.564 kasus. Jumlah korban meninggal bertambah 108 orang sehingga total menjadi 11.580 orang. Penambahan kasus ini diperoleh dari pemeriksaan terhadap 32.901 orang sehingga rasio positif 14,7 persen.
Data ini menunjukkan, jumlah orang yang dites per hari cenderung naik, tetapi masih belum signifikan dan belum bisa memenuhi jumlah pemeriksaan yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal 1 per 1.000 populasi per minggu. Mengacu pada data ini, menurut Tonang Dwi Ardyanto dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS Patklin), Indonesia seharusnya minimal melakukan tes terhadap 38.500 orang per hari.
Bahkan, jika ingin mengetahui tingkat penularan secara lebih baik, Indonesia harusnya sudah melakukan pemeriksaan jauh dari standar minimal ini. Sebagai perbadingan, India sudah melakukan pemeriksaan hingga 1 juta per hari.
Berdasarkan laporan tim FKUI dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap pertama yang diberlakukan di Jakarta sejak 10 April 2020 berdampak pada pengurangan kumulatif kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan jumlah kematian.
Jumlah kasus baru mingguan turun jadi 651 pasien periode 20-26 April 2020 atau 10 hari setelah PSBB diterapkan. Angka ini lebih rendah dari minggu-minggu sebelumnya dan hari-hari awal PSBB atau 833 pasien pada 6-13 April 2020.
Sejalan dengan ini, jumlah kasus kematian mingguan turun menjadi 25 pasien dalam periode 20-26 April 2020. Jumlah ini lebih rendah dari minggu-minggu sebelumnya dan pada hari-hari awal PSBB yang mencapai 82 pasien pada 6-13 April 2020. Data ini menunjukkan efektivitas PSBB dalam mengendalikan penyebaran dan mitigasi dampak Covid-19.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 8 Oktober 2020