Hasil survei Rangkong Indonesia menunjukkan perburuan burung rangkongkhususnya rangkong gading—dilakukan oknum warga setempat. Ini ironi mengingat adat Dayak di Kalimantan sangat menghormati jenis burung ini.
Maraknya praktik perdagangan satwa liar menempatkan burung rangkong sebagai sasaran perburuan liar. Survei terkini menunjukkan hasil ironi bahwa perburuan jug dilakukan oknum warga setempat untuk dijual ke daerah lain.
Pendiri Rangkong Indonesia Yokyok “Yoki” Hadiprakasa mengatakan hingga kini arti penting perlindungan rangkong gading masih belum banyak dikenal masyarakat umum. Padahal, fungsi rangkong—termasuk rangkong gading— pada ekosistem hutan juga vital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Masih banyaknya perburuan rangkong ditegaskan dalam survei Rangkong Indonesia yang dilakukan di seluruh kawasan di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, pada 2019. Dari 513 responden yang disurvei, sebanyak 52 persen mengetahui tentang perburuan rangkong di daerahnya.
Dalam survei tersebut juga disebutkan, sebanyak 57 persen responden menyebut bahwa perburuan rangkong dilakukan oleh orang kampung setempat. Sementara 25 persen responden menjawab perburuan dilakukan oleh orang luar daerah atau pendatang.
”Sebanyak 80 persen responden mengaku jenis yang diburu adalah rangkong gading dan 82 persen tujuan perburuan adalah untuk dijual. Paling berharga untuk dijual adalah kepala,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Upaya Konservasi Rangkong Gading di Kapuas Hulu”, Rabu (24/6/2020).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA—Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) satu dari sejumlah burung yang dihadirkan dalam rilis Penanganan Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem oleh Ditreskrimsus Polda Jawa Timur di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Senin (4/2/2020).
Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS), Arief Mahmud, mengatakan, terdapat delapan jenis rangkong di TNBKDS yakni rangkong gading, rangkong badak, kangkareng perut putih, julang emas, enggang klihingan, julang jambul hitam, kangkareng hitam, dan enggang jambul.
Menurut Arief, kehadiran burung rangkong tersebut sangat penting untuk ekosistem TNBKDS. Sebab, burung rangkong disebut petani hutan karena berperan meregenerasi hutan sebagai penyebar benih. Adanya burung rangkong juga menjadi indikator kesehatan hutan.
Saat ini, burung rangkong berstatus tidak boleh lagi diperdagangkan. Dukungan dan komitmen terhadap upaya konservasi burung rangkong ini juga telah ditunjukan dengan kebijakan larangan perburuan melalui surat Bupati Kapuas Hulu yang diterbitkan pada 2012.
Sejak akhir 2015, IUCN telah menaikkan status rangkong gading dari hampir terancam (near threatened) menjadi terancam punah (critically endangered), satu tahap lagi menuju kepunahan. Sementara itu, Konvensi Perdagangan Jenis Terancam Punah (CITES), mencatat burung ini dalam daftar Appendix I, atau terancam dari segala bentuk perdagangan.
ANTARA/MOHAMAD HAMZAH—Burung Rangkong bertengger mencari makan di Kawasan Pegunungan Kebun Kopi, Sulawesi Tengah, Jumat (30/12/2016).
Guru Besar Bidang Konservasi Fakultas Kehutanan IPB Ani Mardiastuti mengemukakan, rangkong bukan hanya seekor burung, tetapi telah menjadi simbol kebudayaan masyarakat khususnya suku dayak. Rangkong dianggap sebagai lambang kesucian dan kesetiaan serta penjelmaan panglima burung. Oleh karena itu, semua pihak harus turut serta melestarikan spesies burung rangkong ini.
Kampanye
Yokyok mengatakan, pihaknya telah dan terus melakukan konservasi rangkong dengan mengidentifikasi kelompok target dan melakukan kampanye digital. Selain itu, dilakukan juga kampanye langsung melalui cerita inspirasi dan disajikan secara visual (story telling).
Salah satu hal yang dilakukan dalam kampanye digital, yakni membuat konten di media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Sebanyak 894 konten digital telah dibuat dan setiap publikasi terjadi peningkatan interaksi sebesar 126 persen. Berkat masifnya kampanye melalui konten digital ini, akun media sosial Rangkong Indonesia telah mencapai 7.000 lebih pengikut.
”Komunikasi di media sosial juga meningkat 352 persen. Artinya, kampanye dan interaksi ini menjadi lebih aktif. Dengan kampanye digital kami juga bisa melihat audiens kami datang dari mana,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini tengah dilakukan analisis lanjutan untuk mengukur perkiraan dampak dan identifikasi kawasan penting untuk rangkong gading dan jenis lainnya dalam skala lebih luas. Analisis dalam konservasi ini juga turut melibatkan instrumen kearifan lokal karena daerah Kalimantan masih identik dan memegang erat aturan adat.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 25 Juni 2020