Indonesia akan memiliki pusat riset kuman pada lambung yang pertama bernama Marshall Center. Pusat riset itu akan dibangun di area Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) Dadang Makmun mengatakan, riset tentang kuman pada lambung banyak dilakukan dokter Indonesia. Namun, mereka belum memiliki wadah terpusat.
“Dengan adanya pusat riset, terobosan penelitian diharapkan terjadi karena penelitian terpusat,” ujarnya seusai kuliah umum Profesor Barry James Marshall, peneliti dan penemu kuman dalam lambung Helicobacter pylori, dan Profesor Bruce WS Robinso, peneliti dan ahli paru-paru dari University of Western Australia, di RSCM, Jakarta, Selasa (15/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pembangunan pusat riset itu jadi bagian program The Australia-Indonesia Medical and Health Initiative. Ide pembangunan pusat riset itu adalah kerja sama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan University of Western Australia. Pusat riset itu akan dibangun di RSCM.
Pemilihan nama Marshall terkait peran Barry Marshall sebagai penemu kuman Helicobacter pylori. Peneliti dan dokter dari University of Western Australia itu meneliti kuman lambung sejak 1982. Atas temuannya, ia dan rekannya, Robin Warren, dianugerahi Nobel Kedokteran 2005.
“Sebelumnya, dokter menilai gangguan lambung karena stres, makan tak teratur, makanan pedas, dan terlalu asam. Penemuan Helicobacter pylori membalikkan semuanya bahwa ini karena kuman,” ucap Marshall. Sekitar 50 persen populasi dunia terinfeksi kuman itu.
Ketua Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia, Ari Fahrial Syam, menyatakan, menurut risetnya, kejadian rata-rata infeksi Helicobacter pylori di Indonesia 22 persen dari 267 pasien gangguan lambung yang diperiksa. Sampel riset dari Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar, dan Yowari, Papua. Hasil riset menunjukkan, infeksi kuman itu lebih banyak ditemukan pada usia 50-59 tahun.
Angka infeksi itu lebih rendah daripada kejadian infeksi kuman ini di India selatan yang mencapai 80 persen. Di negara maju seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang, angka infeksi kuman itu juga lebih tinggi daripada Indonesia, yakni 40 persen, 47 persen, dan 55,4 persen. (C11/C05)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Pusat Riset Kuman Lambung Dibangun”.