Mandat Keilmuan dan Riset Kurang Jelas
Penyiapan sumber daya manusia di perguruan tinggi atau PT harus terkait dengan strategi industri yang akan dibangun pada tingkat nasional, daerah, dan sektoral. Dengan demikian, SDM yang mengisi pasar kerja dapat mendorong produktivitas industri.
Hal itu mengemuka dalam seri diskusi kelompok terfokus bertajuk “Revitalisasi Kebijakan Pendidikan Tinggi Membangun SDM Indonesia yang Kompetitif”, Kamis (17/11), di Jakarta.
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Tenaga Kerja Kadin Indonesia Miftahudin mengatakan, dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan pasar kerja, sistem pendidikan vokasi dan akademik tetap harus saling mengisi. Pengembangan SDM dari sistem pendidikan ini harus didesain untuk mengisi kebutuhan industri yang saat ini ada dan industri yang tumbuh di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Narasumber lain dalam diskusi itu yakni Kepala Subdirektorat Pengakuan Kualifikasi, Kemristek dan Dikti, Dharnita Chandra dan Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI/IKAL 49 Djagal Wiseso. Diskusi dipandu Direktur Eksekutif Lippo Education Initiatives Gracia M Ugut.
Menurut Miftahudin, pengembangan SDM yang terkait dengan strategi industri membuat kebutuhan tenaga kerja dalam rantai suplai industri bisa dipenuhi dan mudah didapatkan.
“Jika SDM dan industri berjalan sendiri, terjadi mismatch atau kesenjangan antara lulusan dan pekerjaan,” katanya.
Dia mencontohkan, industri otomotif bergerak ke teknologi ramah lingkungan, seperti munculnya mobil hidrogen dan mobil listrik. Bahkan, ada juga mobil yang tak perlu dikendalikan manusia. “Dengan adanya peralihan teknologi yang cepat, apakah PT bisa segera menyesuaikan? Termasuk pula dalam menyiapkan SDM untuk industri yang sekarang belum ada, tetapi muncul di masa depan,” ujar Miftahudin.
Menurut dia, Indonesia kini sangat membutuhkan koordinasi, kesepahaman bersama, dan mulai bekerja serius untuk dapat mewujudkan pengembangan SDM, terutama di PT, yang dapat menjamin adanya tenaga kerja berketerampilan tinggi.
Mengacu data tenaga kerja per Agustus 2016 dari Badan Pusat Statistik, Kadin mencatat ada 12,24 juta lulusan PT (diploma dan universitas) dan tingkat pengangguran sebesar 5,61 persen. Setiap tahun, lulusan PT lebih banyak daripada jumlah pekerja yang diperlukan perusahaan, tetapi masih banyak perusahaan yang sulit mendapatkan tenaga kerja sesuai kualifikasi yang diharapkan.
Mandat keilmuan
Djagal mengatakan, di PT minim kepemimpinan, tata kelola, dan arah pendidikan yang sesuai paradigma nasional. Hal ini juga terlihat dari kurang jelasnya mandat keilmuan dan riset yang dikembangkan PT.
Dharnita mengatakan, guna menjawab kesenjangan dengan industri, di PT mulai dikembangkan general education. Selain menguasai ilmu di bidangnya, mahasiswa juga diperkuat kemampuan dalam komunikasi, berpikir kritis dan analitis, percaya diri, serta mampu menyerap dan memaknai nilai kultur universal.(ELN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 November 2016, di halaman 11 dengan judul “PT dan Industri Perlu Saling Kait”.