Katerbatasan jumlah guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, membuat banyak guru di daerah tersebut mengajar kelas rangkap, yaitu satu guru mengajar beberapa kelas sekaligus. Akibatnya, guru tidak memiliki banyak waktu untuk menerapkan pembelajaran yang benar-benar mengembangkan pemahaman konsep.
Penggunaan kotak peladen (server) yang memiliki jaringan internet nirkabel terbatas diharapkan dapat mengatasi permasalah tersebut. Kotak peladen ini bisa diakses oleh 100 gawai sekaligus. Di dalam peladen ini ada 70.000 materi pelajaran untuk berbagai jenjang sekolah. Selain itu, juga ada kumpulan soal yang mengulas berbagai pertanyaan berbasis nalar tingkat tinggi (high order thinking skills/HOTS).
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Dari kiri ke kanan: pendiri Zenius Wisnu Subekti, Direktur Bidang Inovasi Zenius Rizky Andriawan, dan Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Priyono dalam peluncuran peladen berisi materi pelajaran Zenius Prestasi di Jakarta, Selasa (14/5/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabupaten Sambas di Kalimantan Barat menjadi wilayah percobaan penggunaan kotak peladen untuk meningkatkan kinerja guru beserta mutu pembelajaran. Metode ini ditargetkan bisa mengefisiensikan waktu dan kerja guru di daerah 3T, terutama bagi guru yang mengajar kelas rangkap.
“Saat ini diujicobakan di 15 sekolah, mulai dari SD hingga SMA, walaupun prioritas sementara adalah kelas VI hingga IX,” kata pendiri Zenius, Wisnu Subekti, dalam acara peluncuran Zenius Prestasi, kotak peladen yang memiliki jaringan internet nirkabel terbatas, di Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Zenius merupakan perusahaan yang mengembangkan konten pembelajaran sekolah secara digital agar bisa diakses oleh semua siswa dan guru. Wisnu mengatakan, program tersebut merupakan bentuk kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Ditjen PDT Kemendes).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, ada 122 kabupaten yang dinyatakan sebagai wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Sebanyak 103 kabupaten berada di wilayah timur Indonesia dan sisanya di wilayah barat.
KOMPAS/ A HANDOKO–Pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri I Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pulang melalui jalan baru menuju perbatasan Indonesia-Negara Bagian Serawak, Malaysia Selasa (9/8). Sejak dibuka jalan antara Sambas dan Sajingan Besar sejauh 87 kilometer pada 2002, ekonomi masyarakat perbatasan Sambas terus meningkat sehingga turut mendongkrak aktivitas dan kualitas pendidikan.
Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Ditjen PDT Kemendes Priyono mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia di wilayah 3T masih di rata-rata 60. Target rata-rata nasional adalah 74. Kendala mewujudkan peningkatan mutu dan daya saing masyarakat yang terbesar adalah pada layanan pendidikan.
Selain kekurangan sekolah, wilayah 3T juga kekurangan guru. Walhasil, guru yang ada harus mengajar beberapa kelas sekaligus. Padahal guru juga mempunyai beban kerja administrasi membuat laporan pembelajaran, memberi nilai tugas siswa, dan memasukkan nilai-nilai itu ke dalam rekapitulasi kinerja guru. Hal ini mengakibatkan guru tidak memiliki banyak waktu untuk menerapkan pembelajaran yang benar-benar mengembangkan pemahaman konsep.
Pelatihan
Direktur Bidang Inovasi Zenius, Rizky Andriawan, mengatakan, kotak peladen cocok digunakan di daerah 3T. Berdasarkan survei lapangan, para siswa di wilayah 3T umumnya memiliki telepon pintar. Sekolah juga ada yang memiliki komputer.
“Mereka menggunakan telepon pintar untuk membeli film dan lagu yang biasanya dijual di konter-konter di pusat kabupaten. Dengan demikian, secara sarana, siswa sudah memiliki modal gawai,” katanya.
Saat ini, kata Rizky, tengah diadakan pelatihan bagi guru-guru di Sambas tentang cara memakai peladen tersebut. Beberapa contohnya adalah guru bisa memberi siswa tugas secara daring sehingga menghemat waktu menulis di papan dan bagi siswa menyalinnya. Guru bisa membuat tugas beberapa hari sebelumnya dan membuka akses berkas tugas itu kepada siswa pada hari yang ditentukan. Siswa tinggal mengerjakan tugas-tugas tersebut di telepon pintar atau pun komputer.
Ketika tugas-tugas yang dikerjakan siswa diunggah ke peladen, guru bisa memanfaatkan program yang merekam jejak siswa secara digital. Grafik kemajuan maupun kemunduran siswa dalam sebuah pembelajaran bisa dilihat. Selain menghemat waktu guru membuat laporan, cara ini juga membantu guru melihat titik-titik kekurangan setiap siswa sehingga ia bisa memberi intervensi yang tepat dan unik.
Terkait dengan bank soal, Rizky memahami jika tidak dipahami dan digunakan dengan bijak justru akan menyebabkan ketergantungan pada guru sehingga mereka tidak mau mengembangkan kemampuan menciptakan soal-soal yang baik. Oleh sebab itu, peladen juga dilengkapi pedoman pembuatan soal HOTS bagi guru beserta materi pendalaman konsep setiap mata pelajaran.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Ditjen PDT Kemendes Rafdinal mengungkapkan bahwa sekolah-sekolah swasta bisa membeli perangkat Zenius dengan menggunakan dana desa asalkan sudah disepakati di dalam musyawarah desa.
Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 15 Mei 2019