Perusahaan teknologi informasi, Google, bakal turut membuka akses internet di seluruh wilayah Indonesia dalam kaitannya dengan penyediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi. Ini diwujudkan dalam kerja sama dengan tiga operator telekomunikasi di Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata.
Hal tersebut dipastikan dalam peluncuran program Loon for All atau Project Loon yang dilangsungkan di pelataran kantor Google X di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (28/10) waktu setempat atau Kamis (29/10) WIB.
Loon for All atau Project Loon merupakan proyek Google yang dimulai pada Juni 2013 di Selandia Baru. Proyek ini bertujuan meningkatkan atau memperluas daya jangkau sinyal pemancar seluler dengan menggunakan balon udara untuk mengakses data melalui internet seperti yang selama ini dipancarkan lewat menara based transceiver station (BTS) atau lewat jaringan kabel serat optik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penggunaan balon udara, yang mengangkasa di ketinggian 20 kilometer di atas permukaan bumi, tersebut bakal memecahkan persoalan akses dan konektivitas di sebagian wilayah Indonesia. Wilayah yang selama ini relatif sulit atau bahkan tidak tercakup sinyal telekomunikasi karena kondisi geografis ataupun topografi nanti bisa dijangkau.
Salah seorang pendiri Google, Sergey Brin, turut hadir dalam kesempatan itu. Sergey mengatakan, Google sangat senang bisa turut ambil bagian dalam proyek tersebut.
Ini dikarenakan, akses terhadap sumber-sumber informasi mendasar di masa ini merupakan keniscayaan bagi seluruh orang di dunia. Sementara di sisi lain belum semua orang di seluruh dunia memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi seperti itu dan terhubung ke dalam jaringan internet tempat informasi-informasi tadi bisa diperoleh.
Sergey mengatakan, kerja sama dengan tiga operator telekomunikasi di Indonesia yang akan mulai dilangsungkan pada 2016 itu juga masih berada dalam tahap uji coba proyek Loon for All atau Project Loon tersebut. Akan tetapi, dibandingkan proyek serupa di Selandia Baru yang dimulai pada pertengahan 2013, saat ini proyek tersebut telah mencatatkan sejumlah kemajuan.
GOOGLEASIAPACIFIC.BLOGSPOT.CO.ID–Balon Project Loon terbang sekitar 20 kilometer di atas permukaan Bumi di bagian stratosfer. Angin di stratosfer telah terstratifikasi secara tetap dan setiap lapis angin memiliki kecepatan dan arah yang bervariasi. Dengan bergerak mengikuti angin, balon-balon dapat diatur untuk membentuk satu jaringan komunikasi yang sangat besar.
“Ini yang membuat kami sangat senang,” ujar Sergey.
Dalam kesempatan itu, hadir pula Presiden Direktur Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO Indosat Alex Rusli, dan CEO XL Axiata Dian Siswarini. Pada tahap awal ini, ketiga operator beserta Google belum akan berfokus pada aspek komersial dari proyek tersebut.
Sementara itu, Vice President Project Loon Mike Cassidy mengatakan, Project Loon adalah upaya memperluas jangkauan telekomunikasi dan akses internet dengan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan jaringan sebelumnya, semisal menara BTS atau kabel serat optik. Ia menambahkan, jika tahapan uji coba bersama tiga operator seluler dari Indonesia itu berhasil, hal itu bakal menjadi langkah maju untuk tahapan berikutnya.
“Jika ini sukses, sesegera mungkin kita akan masuk pada tahapan peluncuran secara komersial,” kata Mike.
Balon Project Loon terbang sekitar 20 kilometer di atas permukaan Bumi di bagian stratosfer. Angin di stratosfer telah terstratifikasi secara tetap dan setiap lapis angin memiliki kecepatan dan arah yang bervariasi. Dengan bergerak mengikuti angin, balon-balon dapat diatur untuk membentuk satu jaringan komunikasi yang sangat besar.
INGKI RINALDI DARI MOUNTAIN VIEW SAN FRANCISCO
Sumber: Kompas Siang | 29 Oktober 2015
———————
Jangkauan “Broadband” di Indonesia Diperluas
Ambisi pemerintah menyediakan layanan broadband guna mengakses jaringan internet di semua wilayah Indonesia mulai diwujudkan. Hal itu menyusul penandatanganan nota kesepahaman antara Google dengan Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata dalam uji teknis penggunaan balon udara untuk transmisi sinyal telekomunikasi.
KOMPAS/INGKI RINALDI–Salah seorang pendiri Google, Sergey Brin (paling kanan), berfoto bersama (dari kanan) Presiden Direktur Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO XL Axiata Dian Siswarini, CEO Indosat Alex Rusli, beserta Vice President Project Loon Michael Cassidy (paling kiri) di depan model balon udara untuk transmisi sinyal telekomunikasi di pelataran kantor Google X di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (28/10) waktu setempat atau Kamis (29/10) WIB. Hari itu dilakukan peluncuran
“Loon for All” atau “Project Loon”, kerja sama Google dengan tiga operator seluler Indonesia tersebut.
Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan di kantor Google X di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (28/10) waktu setempat, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Ingki Rinaldi. Nota kesepahaman itu memastikan tiga operator seluler itu akan menjadi rekanan Google untuk memakai dan mengembangkan “Project Loon”.
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan antara Vice President Project Loon Michael Cassidy dengan Presiden Direktur Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO Indosat Alex Rusli, dan CEO XL Axiata Dian Siswarini. Itu disaksikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Project Loon dikembangkan Google sejak Juni 2013 di Selandia Baru. Proyek itu menerbangkan balon-balon udara ke ketinggian 20 kilometer di atas permukaan Bumi dan berfungsi seperti satelit di lapisan stratosferik untuk mentransmisikan sinyal telekomunikasi dari ketinggian. Proyek itu mampu melayani cakupan wilayah 5.000 kilometer persegi bagi tiap balon.
“Ini bagian dari ambisi memberi layanan broadband ke seluruh Indonesia,” ucap Rudiantara. Dengan kondisi wilayah kepulauan, kombinasi jaringan teresterial, satelit, kabel bawah laut, dan balon udara mesti dilakukan. Pada tahap awal, Project Loon fokus ke pengembangan dan uji coba, belum tahap komersial.
Uji coba akan dimulai 2016 untuk memastikan frekuensi bagi proyek itu yang dipakai operator. Jadi belum memakai frekuensi digital dividend dari frekuensi yang ditinggalkan industri penyiaran saat siaran televisi analog migrasi ke sistem penyiaran digital. Project Loon fokus ke daerah di mana tak ada pelanggan seluler dicakup operator telekomunikasi di jaringan frekuensi 900 MHz di kota besar.
Secara terpisah, pendiri Google, Sergey Brin, memaparkan, Project Loon untuk mengatasi soal telekomunikasi di negara dengan kondisi geografis dan hambatan akses internet serupa.
Michael Cassidy menyatakan, Project Loon di Indonesia butuh ratusan balon udara. Pergerakan balon itu tergantung Google dan penjualan tergantung dari operator seluler.
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Oktober 2015, di halaman 13 dengan judul “Jangkauan “Broadband” di Indonesia Diperluas”.