Profil CEO Ooredoo; Indonesia, Pasar yang Penting

- Editor

Senin, 9 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bisnis telekomunikasi adalah bisnis yang terus bergerak. Sebentar saja berhenti, akan tertinggal. Ooredoo, pemegang saham mayoritas perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk, juga terus bergerak maju. CEO Grup Ooredoo yang juga Komisaris Utama PT Indosat Tbk Nasser Mohammed Marafih yakin telekomunikasi berperan penting dalam pertumbuhan. Oleh karena itu, Ooredoo tidak akan berhenti berinvestasi.

Pada akhir Oktober lalu, Ooredoo mengundang beberapa wartawan dari Indonesia, termasuk Kompas, untuk mengunjungi kantor pusatnya di Doha, Qatar. Perusahaan yang semula bernama Qatar Telecom ini memberi kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Marafih, sambil melihat peranan teknologi terkini yang mempermudah masyarakat melakukan segala sesuatu.

Berikut petikan perbincangan dengan Marafih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bagaimana posisi Ooredoo di dunia telekomunikasi?

Saat ini, Ooredoo sudah mengembangkan sayap, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga Afrika bagian utara, Indonesia, dan Myanmar. Total ada 13 negara. Pertumbuhannya terus meningkat. Tahun lalu, Ooredoo meraih pendapatan 9,1 miliar dollar AS atau Rp 122,8 triliun (kurs Rp 13.500). Per 30 Juni 2015, total pelanggan mencapai 114 juta orang.

8648d8548ede46abb8f0a77ee6e5f6cfKOMPAS/M CLARA WRESTI–Nasser Mohammed Marafih

Di Qatar, Ooredoo berhasil membukukan 3 juta pelanggan. Di Indonesia, pertumbuhan Indosat juga bagus. Indonesia merupakan pasar yang sangat penting dan potensial bagi Grup Ooredoo. Saat ini jumlah pelanggan Indosat mencapai 68,5 juta pelanggan.

Bagaimana posisi Indosat di Ooredoo?

Indosat adalah salah satu operator anggota terpenting bagi Grup Ooredoo. Indosat berkontribusi 60 persen terhadap total pelanggan dan 21,6 persen pendapatan terhadap Grup Ooredoo pada Semester I-2015. Pendapatan Indosat pada Semester I-2015 mencapai Rp 12,6 triliun.

Salah satu komitmen Ooredoo tecermin dari nilai belanja modal yang cukup besar setiap tahun, yakni Rp 9 triliun pada 2014 dan Rp 7 triliun pada 2015. Belanja modal ini dilakukan untuk mendukung layanan internet cepat berbasis 4G LTE (long term evolution).

Ada keinginan dari beberapa pihak agar Pemerintah Indonesia membeli kembali saham Indosat dari Ooredoo. Bagaimana Anda menyikapinya?

Pada 2009, Qatar Telecom menambah kepemilikan sahamnya di Indosat dengan mengakuisisi 24,19 persen saham publik seri B. Sekarang, setelah berganti nama menjadi Ooredoo-yang artinya Aku Ingin-kami menguasai 65 persen saham Indosat. Dengan kepemilikan itu, berarti mayoritas saham Indosat dikuasai Qtel melalui Ooredoo Asia Pte Ltd sebesar 65 persen. Kemudian Pemerintah Indonesia memiliki 14,29 persen saham dan publik 20,71 persen.

Investasi yang dilakukan Ooredoo di Indosat bersifat jangka panjang. Kehadiran Ooredoo di Indonesia merupakan kesempatan bagi kami untuk berupaya meningkatkan kualitas masyarakat melalui teknologi seluler.

Kami menghormati keinginan beberapa pihak terkait divestasi tersebut. Akan tetapi, saat ini Ooredoo lebih fokus untuk mengembangkan Indosat sebagai operator terkemuka, terutama dalam hal layanan data.

Saat ini, di dunia telekomunikasi sudah berkembang teknologi 4G LTE. Perkembangan teknologi 4G di dunia sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Di Qatar, Singapura, Jepang, Korea, bahkan di Myanmar, teknologi tersebut sudah dikembangkan. Indonesia sedikit terlambat. Oleh karena itu, kami ingin mengembangkan 4G LTE secepat mungkin di Indonesia.

Mengapa Indonesia terlambat?

Di Qatar, teknologi 4G sudah dimulai sejak 3-4 tahun lalu karena dukungan pemerintah sangat kuat. Indonesia terlambat karena dukungan pemerintah belum seimbang. Contohnya, pajak untuk telekomunikasi disamakan dengan pajak untuk tembakau. Padahal, telekomunikasi untuk pengembangan pengetahuan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Pajak yang tinggi ini membuat penetrasi telepon pintar masih rendah di Indonesia. Hanya ada sekitar 5 persen pengguna telepon pintar di Indonesia. Pelanggan di Indonesia masih lebih banyak yang menggunakan layanan suara dan pesat singkat saja. Layanan seperti itu hanya memerlukan teknologi 2G. Hingga sekarang, pengguna layanan data di telepon pintar 3G masih rendah.

Kami yakin industri telekomunikasi Indonesia bisa berkembang apabila pemerintah bisa memberikan insentif pajak, kemudahan perizinan, atau regulasi yang mendukung industri atau operator telekomunikasi, vendor jaringan, ataupun produsen perangkat telekomunikasi agar semua orang bisa mendapatkan akses teknologi.

Insentif ini penting karena teknologi itu terus bergerak. Investasinya besar, tetapi perubahannya sangat cepat. Baru saja mengeluarkan investasi untuk teknologi yang satu, teknologi yang lebih baru sudah keluar lagi. Investasi yang digelontorkan untuk membangun jaringan sangat mahal. Namun, jaringan yang dibangun itu tidak terpakai karena teknologi telepon yang banyak digunakan di Indonesia adalah telepon 2G. Kami sangat berharap agar pemerintah bisa membantu mendorong penetrasi lebih luas lagi untuk penggunaan telepon pintar di masyarakat.

Bagaimana Indosat akan mengenalkan teknologi 4G di Indonesia?

Teknologi 4G adalah layanan data yang super cepat pada telepon seluler. Pemindahan data bisa dilakukan dengan sangat cepat dan stabil. Indosat akan menyediakan layanan 4G pada frekuensi 1.800 MHz di lebih dari 20 kota. Namun, saat ini pemerintah sedang melakukan penataan ulang di frekuensi tersebut. Selain Indosat, proses penataan ulang juga melibatkan Telkomsel, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia.

Penataan ulang dilakukan sejak Mei 2015, dimulai dari Indonesia timur, di mana jumlah pengguna seluler tidak terlalu banyak. Saat ini proses penataan sudah memasuki Jawa Tengah dan puncaknya akan tiba di Jabodetabek pada pertengahan November ini. Indosat telah menyediakan layanan 4G di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Balikpapan.

Setelah penataan selesai, 4G LTE sudah bisa digunakan di semua tempat. Kita akan lihat, apakah orang mau pindah dari 2G ke 4G.
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 November 2015, di halaman 20 dengan judul “Indonesia, Pasar yang Penting”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB