Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 14 miliar butir per tahun. Namun nilai ekspor produk kelapa Indonesia 30 persen lebih rendah dibanding Filipina.
Industri kelapa di Indonesia saat ini hanya mengekspor 14 jenis produk turunan kelapa, sedangkan Filipina mengekspor 30 jenis produk turunan kelapa. Berdasarkan data Sahabat Kelapa Indonesia, nilai ekspor produk turunan kelapa Indonesia tahun 2017 sebesar Rp 30 triliun.
Hal tersebut, kata Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BBMP) Andi Nur Alam, Rabu (11/07/2018), karena industri olahan kelapa di dalam negeri masih terbatas. Kelapa mentah dari Indonesia sebagian besar diekspor ke Filipina yang mengolahnya menjadi bahan kimia nabati atau oleochemical yang bernilai tambah lebih besar. Produk turunan kelapa antara lain sabut kelapa, arang batok, briket, gula kelapa, minyak kelapa, dan santan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kelapa mentah dari Indonesia sebagian besar diekspor ke Filipina yang mengolahnya menjadi bahan kimia nabati atau oleochemical yang bernilai tambah lebih besar.
Nilai ekspor produk olahan kelapa, menurut Andi, masih bisa ditingkatkan jika industri menerapkan teknik proses yang beragam. Salah satu kendala tidak berkembangnya teknologi pengolahan kelapa adalah ketergantungan pada mesin impor.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI–Lebih dari seribu butir kelapa siap diproses menjadi kopra di Desa Polebungin, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/7/2018). Kopra merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya.
Mesin-mesin pengolah kelapa untuk skala menengah dan besar banyak bergantung dari Amerika Serikat dan Jerman untuk mesin bernilai investasi besar. Sedangkan untuk mesin bernilai investasi sedang menggunakan teknologi India. Belakangan ini produk Cina mulai masuk, yang mampu membuat mesin pengolah pangan kelapa bernilai besar dengan harga yang bersaing.
Pengembangan teknologi
Indonesia selama ini hanya mengekspor kelapa butir besar-besaran termasuk ke Malaysia, Thailand, Cina dan Sri Lanka. “Pada tingkat petani, kelapa hanya dijual bulat tanpa diolah terlebih dahulu untuk peningkatan nilai tambah,” ujar Andi.
Karena itu untuk mendorong industri kelapa nasional baik pada tingkat petani maupun pengusaha diperlukan pengembangan teknologi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengembangkan teknologi proses pengolahan kelapa dan menghasilkan beberapa prototipe alat pengolahan. Beberapa inovasinya akan diluncurkan dalam waktu dekat, antara lain berupa traktor otomatis dan drone (pesawat nir awak) untuk mengidentifikasi unsur hara yang bermanfaat untuk mengatur pemupukan.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengembangkan teknologi proses pengolahan kelapa dan menghasilkan beberapa prototipe alat pengolahan.
Selain itu, para perekayasa di BBPMP juga merancang bangun permesinan pertanian dan perkebunan dengan fasilitas workshop yang ada di Serpong. “Peralatan atau mesin untuk memproduksi kelapa pun kualitas hasilnya juga bersaing dengan mesin impor,” kata Andi. Ia berharap, inovasi teknologi pengolahan kelapa dapat dipakai oleh industri produk olahan kelapa.
Lomba Inovasi
Untuk mendorong penciptaan mesin proses produk kelapa, KOPEK (Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa) akan mengadakan lomba inovasi teknologi pengolahan kelapa. “Lomba ini diadakan bersama Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau dalam rangka perayaan Hari Kelapa Dunia pada 2-4 September 2018 di Dabo Lingga,” ujar Ketua Umum KOPEK Nelson Pomalingo. Di Lingga juga diadakan Festival Kelapa Internasional dan KTT Investasi Kelapa.
Upaya mengatasi masalah industri kelapa juga dilakukan Pemkab Lingga bekerja sama dengan BBPMP dan KOPEK melalui penyelenggaraan diskusi kelompok fokus, Selasa (10/7/2018). Tujuannya untuk menampung masukan dari berbagai pihak seperti pengusaha berbagai macam produk turunan kelapa serta para perekayasa atau peneliti kelapa.
Selain itu beberapa lembaga atau kementerian juga dilibatkan, yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP).
Dalam pertemuan tersebut ditandatangani MoU dan Kesepakatan Kerja Sama antara BBPMP dengan KOPEK terkait pengembangan teknologi pertanian dan perkebunan dimasing-masing daerah. Selain itu, KOPEK juga menggalang program kerja sama regional tiga kabupaten di tiga provinsi berbeda dalam pengembangan Coconut Golden Triangle antara Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.-YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 13 Juli 2018