Laboratorium Level 3 Disiapkan
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah laboratorium dengan level keamanan biologi tiga atau BSL 3 untuk mendeteksi penyebaran virus ebola. Hal itu untuk mendukung penanganan virus ganas itu di Indonesia.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama mengemukakan hal itu di sela pertemuan Pusat Influenza Nasional Kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara, Kamis (14/8), di Jakarta.
Dalam rangkaian acara itu, perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meninjau Laboratorium BSL 3 di Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes Kemenkes, di Jalan Percetakan Negara, Jakarta. Laboratorium dengan tingkat keamanan biologi (biosafety level/BSL) 3 disiapkan pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran virus ebola di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”BSL 3 adalah laboratorium primadona di sini, dengan teknologi paling canggih dan tingkat kehati-hatian amat tinggi. Jika nanti ditemukan kasus penularan ebola di Indonesia, virus hanya akan dikirim ke BSL 3 ini,” tutur Tjandra. Selain BSL 3, pusat penelitian itu memiliki laboratorium virologi, bakteriologi, parasitologi, imunologi, dan sel induk (stem cell).
Mendeteksi virus
Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes Kemenkes Pretty Multihartina menyatakan, Laboratorium BSL 3 bisa mendeteksi virus ebola. Ada 11 laboratorium BSL 3 di Indonesia, antara lain Balitbangkes Kemenkes, Lembaga Eijkman Jakarta, Institute of Human Virology and Cancer Biology (IHVCB) Universitas Indonesia, dan Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya.
”Prinsipnya, penelitian virus yang mudah menular lewat udara harus diteliti di laboratorium dengan level keamanan tiga ke atas,” ujar dia. Akan tetapi, laboratorium BSL 3 Balitbangkes tidak digunakan untuk memperbanyak virus karena risiko penularan akan kian besar jika virus diperbanyak. Menurut kategori yang dikeluarkan WHO, perbanyakan virus ebola harus dilakukan di laboratorium dengan BSL 4.
Perbanyakan virus bermanfaat untuk menemukan kandidat vaksin terhadap virus. Semakin berbahaya virus, tingkat keamanan laboratorium harus kian tinggi. Saat ini, BSL 3 Balitbangkes Kemenkes hanya memperbanyak virus flu burung H5N1. ”Jangan sampai pegawai laboratorium tertular atau penanganan virus tak sesuai standar sehingga menular,” kata Pretty.
Sejauh ini, menurut Tjandra, kemungkinan penyebaran ebola ke Indonesia kecil karena ada kebijakan menangkal. Contohnya, Arab Saudi sebagai negara tujuan ibadah haji menangguhkan visa bagi warga negara Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Meskipun demikian, pemerintah akan menggunakan sebagian dari 100 rumah sakit rujukan flu burung untuk menangani pasien terduga ebola. (A03/ADH)
Sumber: Kompas, 15 Agustus 2014