Pengelolaan data berukuran besar atau big data dibutuhkan untuk menghasilkan rekomendasi keputusan strategi bisnis ataupun kebijakan. Selain transparansi, pengelolaan harus memperhatikan keamanan data.
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong, di sela-sela konferensi Alpha JWC Ventures bertajuk “Next Wave of Technology Disruption in Indonesia”, Rabu (30/3), di Jakarta, menyampaikan, ada suatu upaya di tingkat pemerintah untuk mengelola kerumunan data yang terpencar (crowdsourcing). Dia menceritakan, pihaknya telah berbicara dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno dan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution tentang pengelolaan data sehingga menghasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat guna.
“Selama ini data selalu menyebar. Akibatnya, tidak ada data yang pasti antara satu lembaga dan lainnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengumpulan dan pengelolaan data, misalnya, diterapkan di sektor pertanian dan peternakan. Data petani ataupun peternak berikut produk-produknya disatukan.
“Saat ini, kita harus berbicara mengenai meningkatkan potensi ekonomi melalui pengelolaan data berukuran besar. Di negara lain, cara pengelolaan data bahkan sudah sampai dipakai untuk manajemen keluar-masuk beras,” kata Thomas.
Menurut dia, perkembangan teknologi melaju begitu pesat. Saat ini, hampir dipastikan semua warga memakai perangkat pintar, seperti ponsel pintar dan tablet. Pemanfaatan perangkat digital terjadi di semua sisi kehidupan, mulai ekonomi hingga politik. Masyarakat Indonesia, contohnya, sudah mengenal situs Kawal Pemilu.
Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengatakan, inovasi pengelolaan data dalam ukuran besar akan menjadi salah satu tren bisnis digital masa depan. Pengaruhnya adalah besarnya konsumsi internet.
Perusahaan teknologi yang sukses jangka panjang, lanjutnya, salah satunya adalah mampu menawarkan layanan pengelolaan data besar itu. Sayangnya, di Indonesia belum banyak perusahaan bergerak ke sana.
CEO PT Mediatrac Sistem Komunikasi (Mediatrac) Regi Wahyu menyebutkan, perusahaannya mulai bertransformasi dari bidang usaha konsultan bisnis ke penyedia layanan platform pengelolaan data (platform as a service/PaaS) pada awal 2015. Perusahaan ini beroperasi sejak 2003. (MED)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Maret 2016, di halaman 20 dengan judul “Potensi Bisnis Kelola Data Berukuran Besar”.