TANAMAN pinang ini belum lama ditemukan di daerah Kepala Burung Papua. Namun, keberadaannya langsung dikategorikan flora terancam punah. Habitatnya menjadi areal konsesi pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.
Pinang yang oleh penemunya, Prof Charlie Danny Heatubun, dinamakan pinang unipa (Areca unipa) itu didapat saat menjadi peneliti kehormatan dan profesor tamu di Royal Botanic Gardens, Kew, di Inggris. Dinamakan unipa untuk menghormati Universitas Negeri Papua (Unipa) di Manokwari, Papua Barat.
Temuan baru ini diterbitkan di jurnal Phytotaxa yang ditulis Heatubun bersama rekan di Fakultas Kehutanan Unipa, Marthinus P Iwanggin dan Victor I Simbiak. Ini memperkaya keluarga pinang Areca yang umum di Papua, Areca catechu.
Di Papua, terutama di pesisir, buah pinang benda amat penting. Mengunyah buah pinang dicampur bubuk kapur dan buah sirih adalah bagian hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Khasiat buah pinang sudah dikenal. Kajian ilmiah 3 September 2013 di Sciencedaily, ilmuwan University of Michigan’s Life Sciences Institute and Medical School di AS menunjukkan pemberian zat arecoline atau cairan alkaloid buah pinang bisa membalikkan penurunan kemampuan motorik cacing. Potensi ini bisa diaplikasikan pada mamalia.
Menurut Heatubun, sejak eksplorasi botani di Niugini dan Palms of New Guinea Project dimulai tahun 2000-an, ditemukan 50 spesies baru di Pulau Papua. ”Pinang unipa temuan jenis baru saya ke-25,” katanya.
Total jenis pinang dari marga (genus) Areca di dunia ada 42 jenis, Indonesia 14 jenis, dan Tanah Papua 3 jenis. Jenis suku (family) palem-paleman (Arecaceae) di dunia 2.800 jenis, Indonesia 750 jenis, dan Tanah Papua 300 jenis.
Sangat unik
Jenis pinang baru A unipa ini sangat unik: endemik Kepala Burung Papua. Tak ada di tempat lain! Lokasi penemuan di Desa Ayata, Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Masyarakat setempat menyebutnya srah owei knu.
Pinang unipa jenis pinang liar atau palem hutan pertama yang ditemukan di hutan berbahan induk tanah batubara. Lokasi hidupnya di radius 10 kilometer persegi. Populasinya sangat rendah, kurang dari 250 pohon dewasa. Pada satu plot 10 hektar hanya dijumpai dua tanaman pinang unipa dewasa.
”Pembukaan lahan untuk tambang batubara dan perkebunan sawit ditambah panen tradisional bisa menurunkan populasi,” kata Heatubun. Bentuk pinang unipa potensial jadi tanaman hias. Ukurannya lebih kecil dibandingkan pinang lain.
Meski terancam, terlihat belum akan ditindaklanjuti. ”Kami belum dapat laporan dari kabupaten,” kata Jacob Manusawai, Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Barat. (Oleh: ich-ICH)
Sumber: Kompas, 6 Januari 2014