Badan Geologi tengah menyusun peta kajian geologi rinci pada lokasi pembangunan stasiun kereta api cepat Jakarta-Bandung di Walini, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Peta tersebut menjadi rekomendasi untuk pemanfaatan lahan di kawasan itu.
“Peta kajian geologi ditargetkan selesai dalam dua bulan. Selanjutnya akan diserahkan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang sebagai rekomendasi untuk pemanfaatan lahan,” ujar Kepala Subbidang Pengembangan Geologi Lingkungan di Badan Geologi Tantan Hidayat saat berkunjung ke lokasi pembangunan Stasiun Walini, Kamis (8/3).
Kereta api cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu proyek besar pemerintah mulai 2016 hingga tiga tahun ke depan. Keberadaannya akan memangkas waktu tempuh jarak Jakarta-Bandung sejauh 150 kilometer, dari 3-4 jam menjadi 30-45 menit. Kereta api cepat juga diharapkan memicu pusat perekonomian baru di Karawang, Walini (Bandung Barat), dan Gedebage (Kota Bandung).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tantan mengatakan, peta kajian geologi tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu kajian daya dukung tanah dan bebatuan, kajian stabilitas lereng, serta mikrozonasi. Ketiga kajian itu dibutuhkan agar pembangunan di stasiun dan kawasan transit oriented development (TOD) Walini sesuai dengan kondisi lahannya.
Proyek kereta cepat di Walini tidak hanya meliputi pembangunan trase dan stasiun. Di lokasi itu juga diproyeksikan pembangunan kota baru sebagai kawasan penyangga. Untuk itu, dibutuhkan kajian geologi lebih kompleks agar beban pembangunan infrastruktur tidak melebihi daya dukung lingkungan.
Kerentanan lahan
“Rekomendasi Badan Geologi bukan untuk menyimpulkan boleh atau tidak membangun di lokasi tertentu. Tetapi, apabila ingin membangun, kami memberikan saran terkait pola infrastrukturnya yang disesuaikan dengan kerentanan lahannya,” ujarnya.
Mikrozonasi, kata Tantan, diperlukan untuk memetakan kawasan potensi bencana dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah. Potensi bencana itu terkait dampak goncangan dan kerentanan gerakan tanah.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA–Tim Badan Geologi melakukan kajian geologi pada lokasi pembangunan transit oriented development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Walini, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (8/3). Tim itu akan membuat peta kajian geologi rinci sebagai rekomendasi pemanfaatan lahan di kawasan tersebut.
Pemetaan mikrozonasi dilakukan dengan mengukur amplifikasi tanah di 240 titik yang berjarak 500 meter antartitik. Pengukuran itu untuk mengetahui secara detail kondisi kapasitas lahan terhadap kerentanan gempa.
“Tujuannya agar lahan dimanfaatkan dengan tepat. Jadi, zona potensi bencana berdasarkan kategorinya dibangun sesuai dengan peruntukannya,” ucapnya.
Berdasarkan peta kerawanan bencana, Walini memiliki potensi tinggi. Walini didominasi kawasan berbukit dan lembah. Lokasi tersebut banyak dimanfaatkan untuk kebun teh. Kawasan tersebut termasuk zona merah dampak guncangan gempa dan gerakan tanah.
Sumber gempa yang diperkirakan berdampak terhadap jalur kereta cepat adalah tiga sesar: Sesar Lembang, Sesar Cimandiri, dan Sesar Baribis dengan asumsi kekuatan gempa magnitudo 7,0 dengan kedalaman 10-20 kilometer. Selain itu, ada gempa dari zona subduksi dengan magnitudo momen (Mw) 8,5-9,0 kedalaman 20-25 kilometer (Kompas, 30/1/2016).
Kepala Subbidang Pemetaan Tematik di Badan Geologi Isnu Hajar Sulistyawan mengatakan, walaupun berpotensi kerawanan bencana tinggi, kawasan Walini tetap dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Namun, pemanfaatannya harus disesuaikan dengan peta kajian geologi yang sedang disusun.
“Tetap bisa digunakan untuk pembangunan. Namun, sangat penting mengikuti peta kajian geologi agar dimanfaatkan dengan aman,” ucapnya.–TATANG MULYANA SINAGA
Sumber: Kompas, 9 Maret 2018