Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan tengah menyiapkan empat seri pesawat tanpa awak untuk menjalankan misi sistem surveilans kemaritiman, pemantauan, dan pemetaan perbatasan. Pengembangan dilakukan pada sistem komunikasi, pengendali, dan muatannya.
Menurut Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lapan Gunawan S Prabowo, Minggu (1/3), di Jakarta, mulai 2015 hingga tiga tahun ke depan, empat pesawat tanpa awak (drone) yakni Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle atau LSU-02 hingga LSU-05 akan diintegrasikan pada sistem survei kemaritiman.
Program rancang bangun LSU dirintis di Lapan pada 2011, di Pusat Teknologi Penerbangan. Kini LSU-01 hingga LSU-03 dioperasikan. LSU-01 untuk survei kebencanaan. Adapun LSU-02 yang memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) untuk terbang pergi pulang sejauh 200 kilometer dipakai untuk pemotretan udara dan pemetaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pesawat itu diprogram otomatis untuk terbang mandiri menuju Nusawiru berjarak tempuh 100 kilometer dan kembali ke landasan dua jam kemudian. Pesawat LSU 02 memiliki bentangan sayap 2,5 m dan panjang badan 2 meter. Pesawat UAV Lapan itu sudah dioperasikan untuk memotret kawah Gunung Merapi dan memantau banjir di DKI Jakarta pada Januari 2013. Teknologi itu juga bisa mendukung program ketahanan pangan dengan pemantauan sawah untuk estimasi produksi padi.
Wahana itu akan digunakan Direktorat Topografi TNI AD dan Badan Informasi Geospasial untuk pemantau dan pemetaan daerah perbatasan. Wahana dirancang untuk tinggal landas dan mendarat di kapal dan pernah diikutkan latihan gabungan TNI.
Pesawat nirawak LSU-03 dengan jangkauan 350 km bisa menjalankan misi surveilans dan perekaman video seketika (realtime). “Tipe LSU itu mampu mengangkat muatan hingga 10 kilogram atau dua kali LSU-02,” kata Kepala Bidang Aerodinamika Lapan Agus Aribowo.
Wahana LSU-05 yang berbobot total 120 kg telah diujiterbang akhir 2014. Pesawat tanpa awak generasi terbaru itu mencapai 6 meter atau dua kali lebih panjang daripada LSU-02. Badan pesawat itu terbuat dari paduan bahan komposit lebih ringan. “Dengan berat ringan, muatannya lebih banyak,” kata Agus.
Wahana itu akan dipasang sistem radar yang bisa memetakan daerah berawan. Tujuan lain adalah untuk survei geologi dan medan magnet bumi. (YUN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2015, di halaman 14 dengan judul “Pesawat Tanpa Awak untuk Survei Kemaritiman”.
Posted from WordPress for Android