Perusahaan rintisan didorong untuk menjadi pelopor gerakan pengurangan sampah plastik dalam negeri. Melalui sejumlah inovasi, mereka diharapkan dapat mengajak konsumen dan penyedia produk untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
KOMPAS/STEFANUS ATO–Sampah plastik memenuhi aliran Kali Busa, Kelurahan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, Senin (29/7/2019). Tumpukan sampah itu tak hanya menyebabkan rumah warga menjadi langganan banjir, tetapi juga mengakibatkan warga setempat rentan terserang penyakit.
Direktur Pengelolaan Sampah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar, Kamis (8/8/2019), di Jakarta, mengatakan, perusahaan rintisan menjadi salah satu pihak yang bisa memberikan pengaruh pada pengurangan sampah plastik melalui berbagai inovasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Saat ini kita punya industri digital yang sangat banyak. Kami berharap, mereka bisa mengurangi penggunaan plastik sebagai kemasan produk,” kata Novrizal dalam Konferensi Pers GoGreen Inisiatif dari Go-Jek.
Menurut Novrizal, timbunan sampah plastik dalam negeri hingga kini terus meningkat. Pada 1995, komposisi sampah plastik masih sebanyak 9 persen dari total sampah yang ada. Pada 2016, jumlahnya meningkat menjadi 16 persen.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Direktur Pengelolaan Sampah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar
Ketidakpedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah menjadi pemicunya. Hal tersebut terbukti dari indeks pengelolaan sampah. Sebanyak 72 persen masyarakat Indonesia merasa tidak peduli dengan pengolahan sampah. Pemicu lain ialah belum adanya tanggung jawab produsen.
Salah satu inisiatif pengurangan plastik sekali pakai kini mulai diinisiasi oleh Go-Jek melalui fitur GoGreener dalam layanan pesan-antar makanan. Fitur tersebut memungkinkan konsumen untuk tidak menyertakan alat makan sekali pakai saat pemesanan. Selain itu, mitra pengemudi juga disediakan tas pengantaran khusus.
Novrizal menilai inisiatif tersebut sebagai langkah besar karena langsung menyasar tiga elemen penting, yakni masyarakat, pedagang, dan mitra pengemudi. Hal ini penting mengingat layanan pesan-antar makanan menjadi salah satu yang dapat memicu peningkatan timbunan sampah.
”Ini adalah langkah besar yang bisa menginspirasi industri digital lainnya. Dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat dan pedagang,” ujarnya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Para mitra pengemudi Go-Jek mencoba mengenakan tas pengantaran khusus saat acara pengenalan GoGreener di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira mengungkapkan, dari hasil riset yang dilakukan di Jakarta, satu tempat makan diketahui menghabiskan 500-1.000 plastik per bulan. Untuk pedagang kaki lima, per bulan berkisar 200-500 plastik.
”Jenis plastik yang paling banyak digunakan ialah alat makan dan minum dan kantong plastik,” katanya.
Ubah perilaku
Chief Corporate Affairs Go-Jek Nila Marita mengatakan, GoGreener merupakan salah satu langkah untuk mengubah perilaku dari ekosistem Go-Food, yakni konsumen, produsen makanan, dan mitra pengemudi. Saat ini, Go-Food telah memiliki 400.000 mitra produsen makanan di Asia Tenggara dengan 96 persen di antaranya dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Kami punya semangat yang sama dengan pemerintah untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap kelestarian lingkungan,” ujarnya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Chief Corporate Affairs Go-Jek Nila Marita
Go-Jek menyiapkan 15.000 tas pengantaran khusus kepada mitra pengemudinya di Jabodetabek, Bandung, Bali, dan Surabaya. Sebanyak 200 tas diberikan secara gratis kepada mitra pengemudi berprestasi. Sisanya akan dijual dengan harga Rp 84.000. Dengan tas tersebut, mitra tidak perlu lagi menggunakan kantong plastik untuk mengantarkan pesanan.
”Harga itu adalah harga subsidi dari sekitar Rp 140.000. Penentuannya berdasarkan riset kami terhadap kemampuan mitra,” ucap Vice President Corporate Affairs Food Go-Jek Rosel Lavina.
Selain itu, Go-Jek saat ini juga tengah mengembangkan sejumlah pilot program atau program percontohan terkait dengan lingkungan. Misalnya, program TrashForCash, bekerja sama dengan salah satu apartemen yang penghuninya bisa menukarkan bank sampah dengan saldo Go-Pay.–FAJAR RAMADHAN
Sumber: Kompas, 8 Agustus 2019