Pertumbuhan ekonomi ternyata berhubungan dengan kelestarian satwa liar. Penelitian menunjukkan, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, satwa liar makin terlindungi.
Penelitian itu berjudul ”Kompatibilitas Antara Agenda untuk Meningkatkan Pembangunan Manusia dan Konservasi Satwa Liar di Luar Kawasan yang Dilindungi: Wawasan dari 20 Tahun Data”. Penelitian dimuat dalam jurnal People and Nature yang juga dipublikasikan Science Daily pada 2 Agustus 2019. Penelitian dilakukan tim ilmuwan dari Universitas Kolese London, Inggris.
Burung pelatuk hasil sitaan dilepasliarkan di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandar Lampung, Senin (8/7/2019). Balai Karantina Kelas I Bandar Lampung dan Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam menyita 2.721 burung berbagai jenis, antara lain pelatuk, gelatik, dan jalak kerbau, yang hendak diperdagangkan ke Jakarta dari sebuah bus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam jurnal itu disebutkan, tim ilmuwan mengeksplorasi keterkaitan yang terintegrasi secara temporer antara indikator pembangunan manusia dan tren konservasi satwa liar.
Indeks pembangunan manusia (IPM), indikator gabungan dari pendidikan, harapan hidup, dan pendapatan per kapita, terbukti menjadi prediktor tren populasi satwa liar di dalam kawasan lindung di semua negara. Penelitian terdahulu memberikan bukti positif hubungan antara ukuran luas pembangunan manusia dan hasil konservasi.
Penelitian ini berfokus pada tren satwa liar di luar kawasan lindung, ketika persaingan antara konservasi dan penggunaan sumber daya manusia mungkin paling akut.
Para peneliti menggunakan data dari indeks hidup planet tentang 298 populasi burung dan mamalia yang tercatat di luar kawasan yang dilindungi. Indikator kemajuan sosial, ekonomi, dan politik dilihat pada 33 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, yang diperoleh dari Bank Dunia.
KOMPAS/NIKSON SINAGA–Harimau sumatera bernama Monang di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, Selasa (14/8/2018). Monang diselamatkan saat kakinya terjerat kawat pemburu di Kabupaten Simalungun.
Hasilnya menunjukkan, di negara-negara berpenghasilan rendah, ada hubungan negatif antara ukuran pertumbuhan populasi manusia serta tren kelimpahan populasi burung dan mamalia di luar kawasan lindung.
Hasilnya juga menunjukkan hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dan tren populasi satwa liar di negara-negara berpenghasilan rendah.
Peneliti utama dari Universitas Kolese London, Judith Ament, mengatakan, mungkin karena seiring dengan meningkatnya standar hidup, orang menjadi kurang bergantung pada sumber daya alam lokal untuk pendapatan dan makanan, dan peraturan lingkungan menjadi lebih ketat.
”Kami khawatir hal ini dapat mengarah pada lebih banyak pengimporan. Namun, ini tentu saja perlu penelitian lebih lanjut,” kata Ament, seperti dikutip Science Daily.
DOK BKSDA ACEH–Bayi gajah betina yang lahir pada Rabu (24/7/2019) bersama induknya bernama Suci berada di Conservation Response Unit Alue Kuyun, Kabupaten Aceh Barat, Aceh.
Chris Carbone, peneliti senior Institut Zoologi, mengatakan, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan bagaimana manusia bersaing dengan hewan untuk ruang dan sumber daya. Jika lebih banyak orang terkonsentrasi di satu tempat, lebih banyak area yang terbuka untuk kehidupan liar.
”Namun, itu tidak semua berita baik dan kami menemukan bahwa aspek perkembangan manusia berdampak negatif pada beberapa spesies. Jumlah burung air, misalnya, turun ketika sanitasi air yang lebih luas dan proses pengolahan dilaksanakan,” kata Carbone.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 3 Agustus 2019