Perpindahan Menjadi Momentum Koreksi Lingkungan

- Editor

Kamis, 27 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke daerah lain di luar Jawa menciptakan momentum melakukan koreksi pada tata kelola lingkungan. Pembangunan ibu kota baru juga menjadi momentum untuk mengubah persepsi atau cara pandang terhadap jasa lingkungan dan ekosistem.

KOMPAS/BRIGITTA ISWORO LAKSMI–Dialog Nasional II: Pemindahan Ibu Kota Negara, Jakarta, Rabu (26/6/2019). Dari kiri ke kanan Connie Rahakundini Bakrie, Edy Prasetyono, Ernan Rustiadi, Sonny Keraf, Moeldoko, Bambang Brodjonegoro, Laksmi Wijayanti, Mudradjad Kuncoro, Riatu Mariatul Qibthiyyah, dan Retno Pinasti

Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke daerah lain di luar Jawa menciptakan momentum melakukan koreksi pada tata kelola lingkungan. Pembangunan ibu kota baru juga menjadi momentum untuk mengubah persepsi atau cara pandang terhadap jasa lingkungan dan ekosistem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal itu ditegaskan Pelaksana tugas Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Wijayanti, mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya, seusai Dialog Nasional II: Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) membahas tentang dampak ekonomi, lingkungan hidup, dan pertahanan keamanan, di Jakarta, Selasa (26/5/2019).

Selain Laksmi Wijayanti pembicara lainnya yaitu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro, dan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko.

Sebagai pembahas bidang ekonomi yaitu Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) UI Riatu Mariatul Qibthiyyah, guru besar ekonomi UGM Mudradjad Kuncoro, Menteri Lingkungan Hidup 1999-2001 Alexander Sonny Keraf, Peneliti senior Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB Ernan Rustiadi membahas permasalahan lingkungan, Edy Prasetyono dari FISIP UI dan Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Pertahanan Nasional Connie Rahakundini Bakrie menanggapi masalah pertahanan dan keamanan.

“Saya melihat setiap upaya yang mempunyai impact (dampak) besar dan strategis, skala nasional itu menjadi momen tepat untuk mempercepat semua corrective action (aksi koreksi). Selain itu saya kira ini momen pas untuk bicara tata kelola (kehutanan),” kata Laksmi.

Ernan dan Sonny Keraf menekankan tentang ancaman kebakaran hutan bila ibu kota negara dipindahkan ke Kalimantan. Menurut Ernan, sepertiga wilayah terdiri dari lahan basah. Dia juga mengingatkan tentang pertimbangan tentang daya dukung lingkungan dia menyarankan, “Sebaiknya menghindari lahan basah (untuk dibangun).”

Sementara Sonny menegaskan, pembangunan harus visioner, sehingga ke depan tidak memberi dampak serius ke seluruh Kalimantan. “Kita harus perhitungkan hingga 100-200 tahun ke depan. Selain itu, dalam menghadapi persoalan lingkungan hidup jangan bersifat reaksioner,” ujarnya.

Aspek ekonomi
Sementara dari sisi ekonomi Bambang menegaskan, pemindahan ibu kota akan tidak akan menurunkan perekonomian negara meskipun peningkatan ekonomi hanya sekitar 0,1 persen.

Mudradjad menggarisbawahi, agar pemindahan ibu kota dapat mengurangi kesenjangan ekonomi baik antarwilayah maupun di dalam wilayah sendiri. Saat ini pertumbuhan ekonomi ternyata tidak sejalan dengan penurunan tingkat kesenjangan karena ternyata pertumbuhan telah memberi keuntungan pada kelompok menengah ke atas.

Rencana pemindahan ibu kota negara muncul sekitar April 2019 yang ditegaskan Presiden Joko Widodo disusul dengan kunjungan ke tiga lokasi yang dipandang prospektif. Pemindahan ibu kota negara, menurut Bambang harus berada di tengah-tengah wilayah negara yang ternyata berada di selat antara Kalimantan dan Sulawesi.

Moeldoko mengatakan akan perlu upaya besar untuk memindahkan pusat pertahanan di Kalimantan. Sementara menurut Connie, di masa depan perang tak lagi berupa perang territorial sehingga perlu dibangun pertahanan yang modern karena perang masa kini dapat dikendalikan dari jauh dengan teknologi.

Oleh BRIGITTA ISWORO LAKSMI

Sumber: Kompas, 27 Juni 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB