Gejala infeksi yang tidak spesifik, bahkan bisa tidak bergejala, membuat upaya deteksi kian sulit. Untuk itu, kesiapsiagaan Indonesia dalam mencegah dan menangani Covid-19 mesti ditingkatkan.
KOMPAS/LASTI KURNIA–Pelayanan pengecekan suhu badan di konter informasi dan pencegahan wabah Covid-19 di Apotek Kimia Farma, Menteng, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Kimia Farma menyiapkan konter serupa di 1.300 apotek Kimia Farma yang tersebar di sejumlah kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kesiapsiagaan Indonesia dalam mencegah dan menanggulangi penularan Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru harus makin masif. Pencegahan dengan deteksi suhu tubuh di pintu masuk negara dinilai tak cukup. Gejala infeksi yang tidak spesifik, bahkan bisa tidak bergejala, membuat upaya deteksi kian sulit.
Ketua Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sekaligus Kepala Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi FKUI, Fera Ibrahim, menyampaikan, deteksi dini pada pasien yang terinfeksi SARS-Cov tipe 2, virus penyebab Covid-19, penting dilakukan agar pengendalian infeksi bisa optimal. Karena itu, spesimen harus diambil sedini mungkin dalam proses perjalanan penyakit.
“Spektrum gejala dari penyakit (Covid-19) amat luas, dari yang bergejala sampai tidak bergejala. Ini akan memengaruhi dalam pengambilan spesimen. Untuk itu, kriteria pemeriksaan (pasien dalam pengawasan) harus diperluas, tidak hanya yang bergejala,” ujarnya dalam seminar bertajuk “Covid-19 Positif di Indonesia, Bagaimana Selanjutnya?”, di FKUI, Jakarta, Kamis (5/4/2020).
Menurut Fera Ibrahim, orang dalam pengawasan yang harus diperiksa spesimennya yakni orang yang memiliki riwayat perjalanan dari negara ataupun wilayah dengan kasus Covid-19 ataupun orang dengan riwayat interaksi dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu menjadi bentuk kewaspadaan untuk mencegah meluasnya penularan virus itu.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ketua Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sekaligus Kepala Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi FKUI, Fera Ibrahim
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih, dalam siaran pers, menambahkan, pemerintah diharapkan memperluas upaya penapisan di pintu masuk negara, mulai dari bandara, pelabuhan, hingga lintas daratan. Jika ada seseorang yang mengalami demam ataupun gejala lain, pengambilan swab di tenggorokan atau pemeriksaan sputum langsung dilakukan tanpa menanti bukti ada pneumonia pada pasien.
“Edukasi pada masyarakat mengenai Covid-19 harus terus dilakukan, baik edukasi tentang definisi penyakit, gejala, maupun pemeriksaan yang bisa dilakukan. Hal itu penting agar masyarakat yang mengalami gejala ataupun tanda secara sukarela memeriksakan diri,” ujarnya.
Adapun gejala penularan Covid-19 tidak jauh berbeda dengan gejala flu pada umumnya. Gejala tersebut meliputi antara lain, batuk, demam, sakit kepala, tenggorokan terasa sakit dan sulit menelan, badan terasa lemas, serta hidung tersumbat. Belum ada obat spesifik yang digunakan untuk mengobati Covid-19. Perawatan yang dilakukan saat ini untuk mengatasi gejala yang muncul.
Usia rentan
Ketua Program Studi Magister Kesehatan Kerja di Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas FKUI, Dewi Sumaryani Soemarko, menjelaskan, risiko kematian dari penularan Covid-19 tidak sebesar penularan SARS. Meski demikian, penyakit itu sangat berisiko pada kelompok rentan, terutama pada usia lanjut.
Mengutip data Chinese Centre for Disease Control and Prevention (CCDC), angka kematian yang terjadi akibat Covid-19 terutama ditemukan pada usia di atas 60 tahun. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kematian yang ditemukan biasanya pada seseorang dengan riwayat penyakit penyerta, seperti penyakit kardiovaskular (13,2 persen), diabetes (9,2 persen), dan hipertensi (8,4 persen).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Usia rentan covid-19
“Kasus (Covid-19) ini banyak menimbulkan kematian pada lansia. Ini disebabkan daya tahan tubuh mereka menurun. Kelompok usia lanjut juga lebih rentan terinfeksi virus penyebab Covid-19 dan lebih lama dalam proses penyembuhan karena bisa menyebabkan komplikasi penyakit lain,” kata Dewi.
Oleh DEONISIA ARLINTA
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 5 Maret 2020