Peningkatan kualitas pendidikan membutuhkan reformasi pada sistem skala nasional hingga tingkat pelaksanaan di sekolah dan guru. Berbeda dengan reformasi pada bidang yang lain, reformasi pendidikan dianggap sebagai kebijakan yang tidak mudah.
Sebab, hal ini terkait dengan visi-misi pengembangan sumber daya manusia dan arah target pembangunan nasional. Tanpa landasan, strategi, dan sasaran yang jelas, reformasi pendidikan tidak akan ada gunanya.
Demikian salah satu topik diskusi panel “How do we take greater collective responsibility for public education?” dalam acara tahunan Global Education & Skills Forum yang diselenggarakan Varkey Foundation pada 12-13 Maret 2016 di Dubai, Uni Emirat Arab. Wartawan Kompas, Luki Aulia, dari Dubai melaporkan, diskusi ini dihadiri mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova, dan CEO perusahaan periklanan WPP Sir Martin Sorrell.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengakui, reformasi pendidikan yang pernah ia lakukan sejak awal kepemimpinannya pada 1997 bukan proses mudah. Apalagi, banyaknya kepentingan dari pihak lain yang justru sering menghalangi proses reformasi. Padahal, pada saat ide reformasi itu muncul, banyak orang yang setuju dengan ide itu. Namun, ketika harus menjalani proses reformasi itu, banyak yang kemudian mundur. “Serba salah. Waktu saya usul reformasi, banyak yang bilang bukan langkah bijak. Ketika menjalankan, rasanya seperti neraka, susah sekali. Dan, setelah selesai reformasinya, ada rasa sesal, mestinya bisa lebih baik,” kata Blair.
Untuk mengetahui apakah tujuan atau target pendidikan tercapai, memang harus ada standar dan tingkat capaian. Kalau tak ada standar atau penilaian capaian, dari mana perkembangan pendidikan bisa diketahui.
Irina Bokova menambahkan, dalam proses reformasi pendidikan, setiap negara semestinya memiliki sistem evaluasi terlebih dahulu yang bisa memaparkan kebenaran dan kenyataan posisi atau kondisi pendidikan terkini. Langkah selanjutnya adalah reformasi khusus pada kualitas kapasitas guru. Tak kalah penting adalah kepemimpinan yang kuat di sekolah. Atau, dengan kata lain, tanpa kepala sekolah yang baik dan benar, sekolah tidak akan berkembang baik.
Selama dua tahun terakhir, untuk menghargai kerja keras guru, Varkey Foundation memberi penghargaan Global Teacher Prize dengan hadiah 1 juta dollar AS. Pada tahun ini, terpilih Hanan al-Hroub dari SMA Samiha Khalil di Al-Bireh, Palestina. Penghargaan diberikan Wakil Presiden dan Pemimpin Dubai Sheikh Mohammad bin Rashid, Minggu malam, di Dubai, Uni Emirat Arab.
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “Perlu Reformasi Total hingga Persekolahan”.