Perguruan tinggi dituntut untuk meningkatkan mutu lulusannya di tengah prioritasnya dalam menjalankan tridarma, yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Pada era industri 4.0, sumber daya manusia yang dihasilkan harus dibekali dengan berbagai keterampilan modern agar siap menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) Ismunandar, Rabu (10/4/2019) di Jakarta, menyampaikan, perguruan tinggi harus mampu menghadapi globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era industri 4.0.
DOKUMENTASI UNIVERSITAS DAN AKADEMI SEKRETARI BUDI LUHUR–Situasi acara Wisuda Magister, Sarjana, dan Ahli Madya Universitas dan Akademi Sekretari Budi Luhur di Jakarta, Rabu (10/4/2019). Dalam kegiatan tersebut sebanyak 765 orang menjadi peserta wisuda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di samping itu, kontribusi ide bagi masyarakat serta tanggung jawab untuk menghasilkan lulusan yang kompeten juga tidak boleh dikesampingkan. “Perguruan tinggi dituntut untuk terus menggali seluruh potensinya untuk dimanifestasikan jadi prioritas tridarma yang tepat sasaran,” ujarnya.
Ismundanar berbicara dalam acara wisuda magister, sarjana, dan ahli madya Universitas dan Akademi Sekretaris Budi Luhur di Jakarta, Rabu. Dalam kegiatan tersebut sebanyak 765 orang menjadi peserta wisuda.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ismunandar
Selain itu, literasi baru yang diperlukan dalam era revolusi industri berbasis digital ini juga harus dipastikan sudah diajarkan pada mahasiswa. Literasi tersebut adalah literasi data, teknologi, dan manusia.
Ismunandar mengatakan, literasi data adalah kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan data raksasa di dunia digital. Literasi teknologi diperlukan untuk memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi seperti kecerdasan buatan, prinsip teknik, dan coding. Sementara, literasi manusia diajarkan agar mahasiswa tetap bisa berperan dengan baik di lingkungannya, baik melalui cara berkomunikasi maupun berkemanusiaan.
“Robot mungkin bisa menggantikan banyak tugas manusia tetapi manusia masih bisa lebih fleksibel terampil, dan berpikir di luar algoritma. Manusia juga memiliki empati dan kecerdasan emosional yang tidak dimiliki robot,” katanya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)–Para pencari kerja menunggu giliran wawancara kerja dalam Bursa Kerja yang digelar Kementerian Tanaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.
Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro menuturkan, berbagai penyesuaian telah dilakukan dalam pembelajaran di Universitas Budi Luhur untuk menghadapi tantangan di era digitalisasi. Salah satunya dilakukan dengan menerapkan pembelajaran elektronik atau e-learning. Metode ini dijalankan secara fleksibel oleh dosen dan mahasiswa tanpa terikat tatap muka secara langsung.
“Dalam penerapannya kami terus evaluasi agar sistem ini tetap efektif tanpa mengurangi esensi pembelajaran yang diterima mahasiswa. Sampai saat ini, cara ini ternyata justru membantu mahasiswa untuk lebih aktif bertanya karena suasana tidak kaku seperti di ruang kelas,” ujarnya.
Kasih menambahkan, meski penyesuaian dengan kemajuan teknologi terus dikembangkan, nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial perguruan tinggi kepada masyarakat tidak boleh dilupakan.
Perguruan tinggi harus hadir secara nyata di tengah masyarakat, mulai dari lingkungan sekitar kampus sampai lingkungan secara nasional. “Itulah mengapa visi kami harus sampai menyejahterakan masyarakat,” ucapnya.–DEONISIA ARLINTA
Editor PASCAL S BIN SAJU
Sumber: Kompas, 10 April 2019