Perguruan Tinggi Belum Prioritaskan Mutu

- Editor

Sabtu, 28 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendidikan tinggi di Indonesia relatif belum baik mutunya. Baru sebagian kecil perguruan tinggi yang menempatkan mutu sebagai prioritas dan mampu mengelolanya efektif. Sebagai gambaran, berdasarkan data akreditasi program studi, ada sekitar 10,5 persen dengan kategori akreditasi A; 42,7 persen kategori B; dan 46 persen akreditasi C.

Direktur Eksekutif Pusat Layanan Pengkajian dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi (Puslapim) Willy Susilo, dalam temu wicara nasional guna memperingati Bulan Mutu Nasional 2015, di Jakarta, Jumat (27/11), mengatakan, Indonesia perlu membangun gerakan kesadaran mutu secara nasional. Kegiatan yang digelar Puslapim itu juga sebagai gerakan transformasi pendidikan tinggi berbasis mutu.

Willy mengatakan, pendidikan bermutu tidak hanya diukur dari seberapa cepat lulusan terserap di pasar kerja. Mutunya juga harus diukur dari seberapa besar kontribusi kreasi nilai dan inovasi-inovasi yang dapat diberikan oleh lulusan, selaku kaum intelektual, terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka memperkuat ketahanan bangsa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika dua kriteria itu digunakan untuk menilai mutu pendidikan tinggi, secara pukul rata, pendidikan tinggi yang ada di Tanah Air saat ini masuk kategori relatif belum baik mutunya. Masih terdapat ruang sangat luas untuk perbaikan,” kata Willy.

Penganggur
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengatakan, disparitas mutu perguruan tinggi di Indonesia dilihat dari kualitas dosen, mahasiswa, sumber daya lainnya, dan kurikulum cukup besar. Hasil akreditasi belum mencerminkan mutu sesungguhnya.

Lulusan perguruan tinggi berdasarkan data Badan Pusat Statistik masih menyumbang jumlah penganggur yang besar, sekitar 500.000 orang. “Padahal, tenaga kerja di level perguruan tinggi di Indonesia hanya di bawah 10 persen,” ujar Intan.

Penjaminan mutu di perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) juga jadi fokus Kementerian Agama. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, PTKI berpotensi jadi pusat kajian/studi Islam dunia. Untuk itu, guru besar di PTKI harus meningkatkan peran fundamentalnya untuk meningkatkan mutu. (ELN)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2015, di halaman 11 dengan judul “Perguruan Tinggi Belum Prioritaskan Mutu”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB