Penyakit ginjal kronik rentan dialami perempuan karena beberapa penyakit yang tidak disadari ikut merusak organ ekskresi tersebut. Karena itu, perlu deteksi dini bagi perempuan, terutama bagi ibu hamil, agar penyakit ginjal tersebut tidak membahayakan bagi bayi yang ada di dalam kandungannya.
Berdasarkan Global Burden of Disease Study tahun 2015, penyakit ginjal kronik termasuk delapan besar penyebab kematian tertinggi di dunia. Setidaknya hampir 600 ribu kematian pada perempuan setiap tahunnya. Global Prevelance of Chronic Kidney Disease di tahun 2016 mencatat, prevalensi perempuan yang terkena penyakit ginjal kronik sebesar 14 persen, sedangkan laki-laki 12 persen.
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penyakit gagal ginjal sebesar 2 persen atau 499.800 orang. Dari angka tersebut, sebesar 60 persen dialami oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
NIKOLAUS HARBOWO–General Manager Baxter Indonesia Dorothea Koh, Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Suskhan Djusad, Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Iris Rengganis, dan Ketua Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Aida Lydia, (kiri ke kanan) dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia 2018 bertajuk “Ginjal dan Kesehatan Perempuan”, di Hotel Artotel, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).
Ketua Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Aida Lydia mengatakan, perempuan lebih berisiko. Sebab, struktur anatomi saluran kemih pada perempuan lebih pendek dari laki-laki sehingga rentan terjadi gangguan saluran kemih.
“Tingginya angka kesakitan dan kematian menunjukkan masalah kesehatan ginjal pada perempuan belum menjadi prioritas dan belum diwaspadai betul oleh perempuan di Indonesia, bahkan dunia,” ujar Aida yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), dalam acara Hari Ginjal Sedunia 2018 bertajuk “Ginjal dan Kesehatan Perempuan” di Hotel Artotel, Jakarta, Rabu (7/3).
Aida menjelaskan, penyakit ginjal kronis perlu diantisipasi karena bisa terjadi ketika mengalami penyakit lain, seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes melitus. Tiga penyakit tersebut termasuk faktor risiko utama penyakit ginjal kronis.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi hipertensi sebesar 25,8 persen, obesitas 15,4 persen, dan diabetes melitus 2,3 persen. “Peningkatan prevalensi penyakit-penyakit itu juga semakin meningkatkan penyakit ginjal kronis,” ungkapnya.
Ibu hamil
Ibu hamil dengan penyakit ginjal dapat menyebabkan risiko janin tidak sehat, kelahiran prematur, bahkan berujung pada kematian sang bayi. Selain itu, ketika dewasa, bayi itu pun berisiko mengalami gagal ginjal, seperti ibunya.
“Ibu hamil menderita gangguan fungsi ginjal, biasanya anak tumbuh tidak sehat, dalam arti berat badan lahirnya bisa rendah, atau beberapa jadi abortus atau dia meninggal di kandungan,” kata Aida.
Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Iris Rengganis memaparkan, beberapa penyakit yang kerap menyerang ginjal adalah lupus dan kanker serviks. Apabila penyakit tersebut menyerang ginjal maka akan menjadi penyakit lupus nefritis dan nefropati obstruktif.
“Ketika sudah stadium lanjut dan sampai di ginjal, maka akan sulit diobati, meski sudah hemodialisis,” ujar Iris.
NIKOLAUS HARBOWO–Kepala Sub Direktorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan Zamhir Setiawan memberikan penjelasan terkait penyebab dan gejala penyakit ginjal kronik dalam acara Hari Ginjal Sedunia 2018 bertajuk “Ginjal dan Kesehatan Perempuan” di Hotel Artotel, Jakarta Pusat, pada Rabu (7/3).
Kepala Sub Direktorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan Zamhir Setiawan mengatakan, sebanyak 70 persen penderita penyakit ginjal kronik tidak terdeteksi. Pasien baru mulai memeriksakan dirinya ketika sudah stadium lanjut.
“Pardigma sehat, promotif dan preventif harus mulai digaungkan ke masyarakat. Masyarakat harus kenali bahwa ada penyakit-penyakit lain yang juga sebabkan penyakit ginjal,” ujarnya.
Selain soal kesehatan, Zamhir memaparkan, penyakit ginjal kronik juga jadi beban ekonomi. Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga September 2017, penyakit ginjal berada di peringkat ketiga yang paling banyak dibiayai melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) setelah penyakit jantung dan kanker.DD18
Sumber: Kompas, 8 Maret 2018