HANGAT berita mengenai runtuhnya Jembatan Cipunegara, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, membuat kita semua terhenyak, apakah tidak daya yang dapat kita lakukan untuk mencegah musibah ini berulang kembali, apalagi banyak jembatan yang ada di negeri kita sudah berumur puluhan tahun yang harusnya sudah selesai masa tugasnya. Sebuah jembatan yang terbuat dari struktur beton, juga struktur baja atau komposit direncanakan dengan memperhitungkan umur pakai, sehingga beban rencana yang akan ditanggungnya disesuaikan dengan proyeksi lalu lintas yang akan ada selama umur pakai jembatan tersebut.
Kita dapat saja memperhitungan beban yang sangat besar untuk ditanggung jembatan itu pada saat perencanaan, tetapi akan membuat biaya konstruksinya menjadi tidak ekonomis. Apabila beban yang melintas sesuai beban rencana maka umur pakainya akan sesuai dengan yang direncanakan,sedangkan apabila beban yang harus ditanggung lebih besar dari perencanaannya, maka otomotis umurnya akan bertambah pendek dan akan semakin berkurang apabila lingkungannya tidak mendukung seperti polusi kendaraan bermotor, atau terletak di daerah pantai yang dapat mempercepat proses karat pada baja tulangan, demikian juga jembatan yang ada di selatan Jakarta walaupun jauh dari laut tetapi instrusi air lautnya sudah jauh ke tengah kota.
Apabila sebuah pemakaian jembatan sudah sesuai dengan perencanaan, masih ada faktor lain yang merusak beton dan dapat mengurangi umur pakai jembatan tersebut. Secara umum penyebab kerusakan beton adalah karbonasi (CO2 ), serangan klorida (Cl), reaksi alkali-silika (adanya kandungan silika reaktif di dalam beton), serangan bahan-bahan kimia seperti asam, atau beban tumbukan seperti adanya balok kayu atau kapal yang menghantam jembatan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
CARA yang paling mudah untuk memperpanjang umur pakai sebuah jembatan adalah dengan membongkamya dan membangun baru dan dengan perencanaan untuk dapat menahan beban yang lebih besar, tetapi cara ini tidak selalu dapat dilaksanakan karena adanya kendala biaya, waktu atau mungkin saja untuk mempertahankan nilai sejarah pada suatu jembatan.
Tetapi dengan semakin majunya teknologi bahan, maka ada banyak sekali cara perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperpanjang .umur pakai sebuah jembatan, baik dengan mengembalikan kekuatannya seperti semula atau bahkan meningkatkan kemampuannya untuk menahan beban lalu lintas yang lebih besar, dan perbaikan dapat dilakukan tanpa harus menghentikan lalu lintas melintas di atas jembatan tersebut. Perbaikan yang dimaksud bukan hanya merupakan perbaikan kosmetik seperti mengecat, memperbaiki railing, atau penebalan aspalturnya.
Untuk melakukan perbaikan jembatan, maka pertama-tama harus dilakukan investigasi untuk mengetahui seberapa parah kerusakan pada jembatan tersebut, apakah kekuatan betonnya sudah berkurang, seberapa dalam penyusupan ion CO2 ke dalam beton yang menyebabkan berkurangnya sifat basa pada beton (Beton baru pH-nya sebesar 13,5 di mana sifat basanya ini akan dapat memberikan perlindungan baja tulangan dari proses korosi), banyaknya kandungan klorida (Cl) dalam beton (apabila kandungan Cl yang ada > 0,4 persen, maka proses korosi yang terjadi sudah sangat parah), pengukuran jumlah retakan atau keropos. Termasuk survei dan perkiraan beban lalu lintas yang akan ditanggung pada masa umur pakai yang baru setelah diperbaiki.
DARI data hasil investigasi yang sudah dilakukan, maka seorang konsultan perencana dapat menentukan metode perbaikan yang akan dilakukan. Apakah cukup dengan mengembalikan kekuatan jembatan tersebut seperti yang direncanakan pada saat dibangun? Yaitu dengan memperbaiki retakan atau keropos yang terj adj pada betonnya, dan itu dapat dilakukan dengan penyuntikan retakan pada beton menggunakan bahan epoxy resin, penambalan beton yang pecah atau keropos dengan bahan khusus yang mempunyai karakteristik sama dengan beton. Material ini harus mempunyai daya lekat yang baik dengan beton lama dan tidak boleh susut karena fungsinya sebagai pengisi celah yang harus menyatu 100 persen (monolith) sehingga beton teru sebut dapat berfungsi sebagaimana beton baru.
Dapat juga dilakukan perkuatan struktur untuk meningkatkan kemampuan jembatan menjadi lebih besar dari perencanaan awal, bisa dengan cara konvensional seperti penambahan baja yang berbentuk lempengan atau H-beam, di sini perlu dilakukan juga perkuatan pondasinya karena ada penambahan beban pada struktur jembatan tersebut, atau cara yang lebih maju dengan perkuatan menggunakan serat kevlar, serat karbon, atau serat kaca berbentuk lembaran seperti kain yang ditempelkan langsung pada struktur beton dengan menggunakan lem khusus, dan material ini tidak akan memberikan beban tambahan pada struktur jembatan tersebut karena merupakan material yang sangat ringan.
Sedangkan beton yang mengalami proses karat akibat klorida dapat ditanamkan ”baterai/sacrificial anode”, di mana fungsi ”baterai” ini adalah mengorbankan dirinya untuk menerima serangan ion klorida sehingga tidak lagi menyerang baja tulangan di dalam beton.
Teknologi ini sudah banyak digunakan di negara maju, dan ”baterai” tersebut dapat berfungsi selama 20 tahun. Selain itu juga ada teknologi yang dapat mengembalikan sifat basa pada beton seperti semula atau mengurangi kandungan klorida dalam beton kembali ke dalam batas yang diizinkan. Metode terakhir biasanya digunakan untuk bangunan bersejarah yang tidak boleh berubah bentuknya atau untuk mempertahankan keasliannya, juga apabila perbaikan yang dilakukan harus tanpa membuat bising atau debu akibat adanya pekerjaan pembobokan beton yang mengalami kontaminasi tersebut.
Cukup banyak teknologi dan metode perbaikan yang ada, tinggal dipilih metode mana yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai ada korban yang jatuh lagi baru kita melakukan perbaikan.
JUHANS SURYANTAN Praktisi Perbaikan Beton
Sumber: Kompas, Senin, 30 Agustus 2004