Penurunan Berat Badan Dapat Kontrol Gula Darah Penderita Diabetes Tipe 2

- Editor

Jumat, 3 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penurunan berat badan sering disarankan kepada para pasien penyakit kencing manis karena gaya hidup atau diabetes melitus tipe 2. Saran itu sekarang terbukti secara klinis. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa hampir setengah dari individu dengan diabetes tipe 2 turun statusnya ke keadaan non-diabetes setelah intervensi penurunan berat badan.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)–Direktur Micronutient Initiative Indonesia Elvina Karyadi, ahli endokrin Siloam Hospital Simatupang Sidarta Soegondo, Direktur Pencegahan dan Pengadalian Pentakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan Lily Sriwahyuni Sulistyowati (kiri ke kanan), Gesit Ariyanto dan Tasya (moderator) menjadi nara sumber pada forum diskusi kesehatan dengan tema “Cegah, Obati, dan Kendalikan Diabetes” di Jakarta, Sabtu (26/11/2016). Diskusi tersebut diselenggarakan Harian Kompas dan RS Siloam.

Penelitian berjudul “Remisi Diabetes Tipe 2 Manusia Membutuhkan Penurunan Kandungan Lemak Hati dan Pankreas, tetapi Bergantung pada Kapasitas untuk Pemulihan Sel ?” itu dimuat dalam jurnal Cell Metabolism edisi 2 Agustus 2018 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti yang terlibat di antaranya Roy Taylor dan Ahmad Al-Mrabeh dari Universitas Newcastle, Inggris, serta Naveed Sattar dari Universitas Glasgow, Inggris.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN (SET)–Moyo Ri (kiri), peneliti dari Departemen Keperawatan Takasaki University of Health and Welfare (Jepang), mengambil sampel darah warga di Puskesmas Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Cimanggis, Depok, Kamis (26/12/2013). Penelitian kolaborasi dengan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat akan penyakit diabetes. Indonesia menempati peringkat ke-7 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Diabetes menduduki peringkat keenam penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diabetes mempengaruhi sekitar 422 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 90 persen kasus adalah diabetes tipe 2, suatu kondisi di mana tubuh tidak menghasilkan cukup atau merespons dengan baik terhadap insulin. Hormon ini diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas. Insulin membantu gula yang disebut glukosa dalam darah memasuki sel-sel di otot, lemak, dan hati untuk digunakan untuk energi. Diabetes tipe 2 telah lama dianggap sebagai kondisi seumur hidup yang memburuk dari waktu ke waktu.

Diabetes tipe 2 ini disebut juga diabetes gaya hidup karena selain faktor keturunan, penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak sehat. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 5,7 persen dari penduduk Indonesia, yang berarti sekitar 12 juta penduduk Indonesia menderita diabetes.

Penelitian dengan nama Uji Coba Pengurangan Diabetes Klinis Berbasis Inggris (DiRECT) dilakukan Roy Taylor dan kawan-kawan. Para peserta penelitian adalah pasien yang didiagnosis dengan diabetes tipe 2. Dalam 6 tahun sejak awal penelitian, secara acak mereka ditugaskan untuk menjalani perawatan praktik terbaik (kelompok kontrol) atau program manajemen berat badan perawatan primer yang intensif (kelompok intervensi).

Satu tahun kemudian, 46 persen dari individu dalam kelompok intervensi berhasil menanggapi penurunan berat badan karena mereka pulih dan mempertahankan kendali atas konsentrasi glukosa darah.

KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)–Warga mengikuti rangkaian acara peringatan hari diabetes sedunia dengan tema “eyes on Diabetes” di Plaza Barat, Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/2016). Berdasarkan data dari International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2015, menunjukkan bahwa lebih dari 50persen atau lebih dari 193 juta penyandang diabetes tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes.

Taylor dan kawan-kawan memeriksa faktor-faktor metabolik yang berpotensi relevan, seperti kandungan lemak hati, kandungan lemak pankreas, konsentrasi lemak dalam darah yang disebut trigliserida, dan fungsi sel beta, dalam subset peserta DiRECT, termasuk 64 individu dalam kelompok intervensi.

Mereka menemukan bahwa hasil peserta program penurunan berat badan serupa dengan kelompok non-responden sebelum intervensi, tetapi memiliki durasi diabetes yang lebih singkat (2,7 tahun versus 3,8 tahun). Kelompok responden dan kelompok non-responden telah kehilangan berat badan yang sebanding, yang menyebabkan penurunan serupa pada kadar lemak hati, kandungan lemak pankreas, dan konsentrasi trigliserida dalam darah.

Temuan juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan menormalkan metabolisme lemak pada semua individu dengan diabetes tipe 2, tetapi kehilangan lebih cepat dari kapasitas sel beta untuk pulih mencegah beberapa individu kembali ke keadaan non-diabetes.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa respons yang sukses terhadap penurunan berat badan ini dikaitkan dengan perbaikan dini dan berkelanjutan dalam fungsi sel beta pankreas. Temuan ini membantah paradigma sebelumnya bahwa fungsi sel beta hilang secara permanen pada pasien dengan diabetes tipe 2.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Kepala Divisi Departemen Endokrinologi dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Em Yunir bersama Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Elin Waty (kanan) saat melihat salah satu ruangan Poliklinik Edukasi Diabetes Melitus Terpadu yang baru saja diluncurkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Rabu (8/6/2016). Poliklinik yang dibangun kerjasama Sun Lige Financial Indonesia dengan RSCM tersebut untuk memfasilitasi masyarakt umum dan penderita diabetes agar lebih mudah mendapatkan informasi mengenai cara menangani dan mencegah diabetes.

“Saat ini, manajemen awal diabetes tipe 2 cenderung melibatkan periode penyesuaian dengan diagnosis ditambah farmakoterapi dengan perubahan gaya hidup, yang dalam praktiknya sederhana. Data kami menunjukkan bahwa penurunan berat badan yang besar pada saat diagnosis tepat untuk menyelamatkan sel beta,” kata Taylor.

Penelitian sebelumnya tentang diabietes tipe 2 antara lain juga dilakukan tim Universitas Autonoma Barcelona (UAB), Spanyol. Penelitian berjudul “Terapi Gen FGF21 Sebagai Pengobatan untuk Obesitas dan Resistensi Insulin” itu dimuat dalam jurnal EMBO Molecular Medicine yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.

KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Para peneliti sedang memproses pengembangan sel punca di laboratorium Stem Cell and Cancer Institute milik Kalbe, Rabu (6/1/2016), di Pulomas, Jakarta. Sel punca sangat potensial menjadi bahan baku terapi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan osteoarthritis.

Namun penelitian baru dilakukan pada mencit percobaan. Pemberian vektor yang terkait adenovirus atau adeno-associated viral vector (AAV) yang membawa gen faktor pertumbuhan fibroblas 21 atau fibroblast growth factor 21 (FGF21), menghasilkan manipulasi genetik dari hati, jaringan adiposa atau lemak, atau otot di sekitar tulang untuk terus memproduksi protein FGF21.

Protein FGF 21 ini adalah hormon yang disekresikan atau dikeluarkan secara alami oleh beberapa organ yang bekerja pada banyak jaringan untuk pemeliharaan metabolisme energi yang benar. Dengan menginduksi produksi FGF21 melalui terapi gen, mencit percobaan kehilangan berat badan dan penurunan resistensi insulin, penyebab diabetes tipe 2.

Terapi ini telah berhasil diuji dalam dua model mencit obesitas. Setelah perawatan dengan AAV-FGF21, mencit kehilangan berat badan dan mengurangi akumulasi lemak dan peradangan di jaringan adiposa.

“Ini adalah pertama kalinya bahwa penurunan obesitas dan resistensi insulin jangka panjang telah dicapai pada satu kali administrasi terapi gen, dalam tubuh mencit model yang menyerupai obesitas dan diabetes tipe 2 pada manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa itu adalah terapi yang aman dan efektif,” kata Veronica Jimenez, peneliti UAB.–SUBUR TJAHJONO 3 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB