Situasi pandemi Covid-19 masih belum terkendali. Saat ini jumlah kasus penyakit itu hampir mencapai 100.000 orang. Jumlah pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit pun terus bertambah.
Kasus Covid-19 di Indonesia makin membesar dan mendekati angka 100.000 orang. Jumlah pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit juga terus bertambah. Meningkatnya risiko penularan ditandai dengan kluster-kluster baru mulai dari keluarga, perumahan, perkantoran, hingga rumah sakit.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 1.492 pada Minggu (26/7/2020), sehingga totalnya mencapai 98.778 orang yang terinfeksi. Jumlah korban jiwa bertambah 67 orang hingga totalnya menjadi 4.781 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumlah pemeriksaan yang dilaporkan per hari kembali turun, yaitu hanya 7.692 orang. Selain banyak laboratorium tidak bekerja di hari Minggu, sebagian juga menghentikan pemeriksaan karena menipisya reagen. Misalnya, Kepala Balai Litbangkes Papua, Antonius Oktavian pada 24 Juli 2020 mengumumkan, mulai 26 Juli 2020 laboratriumnya menghentikan sementara penerimaan sampel karena menipisnya reagen.
“Situasi Covid-19 saat ini mengkhawatirkan. Banyak kluster baru di lingkungan pegawai, sekolah, rumah ibadah, dan perkantoran. Tenaga kesehatan yang terinfeksi meningkat lagi dan rumah sakit kembali penuh pasien Covid-19,” kata Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban.
Dengan tren penularan penyakit terus meningkat, aktivitas warga justru meningkat dan protokol kesehatan tidak dijalankan. “Setiap perjalanan ke rumah sakit, saya melihat jalanan makin ramai, dan banyak orang belum memakai masker. Ini membahayakan karena Covid-19 akan semakin bebesar dan tenaga kesehatan akan kembali kewalahan,” tuturnya.
Untuk itu, pemerintah harus memperketat pembatasan sosial dengan sanksi yang tegas. Sementara masyarakat harus menyadari risiko penularan yang saat ini meningkat. “Saya masih ingat janji Presiden Joko Widodo untuk mendisiplinkan masyarakat agar memenuhi protokol kesehatan,” ungkapnya.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)pada 22 Juli 2020 menyatakan, jumlah pasien Covid-19 di Jakarta, juga meningkat sejak tanggal 8 Juli 2020. Situasi ini terjadi seiring dengan meningkatnya tingkat kepositifan (positivity rate) di Jakarta, yang sudah di atas 5 persen.
Padahal jumlah tes dengan metode reaksi rantai polimerase atau PCR per minggu cenderung naik hingga mendekati 4 per 1.000 penduduk per minggu, semenara ambang minimal tes yang disarankan WHO 1 per 1.000 penduduk per minggu. Meningkatnya jumlah kasus positif yang ditemukan, meski tes ditingkatkan menandai penyebaran kasus di komunitas meluas.
Selain Jawa Timur, Jawa Tengah terus menunjukkan peningkatan kasus dan angka kepositifan sangat tinggi, yaitu di atas 20 persen. Padahal, jumlah tesnya masih sangat kecil. Dari semua daerah, hingga saat ini baru Jakarta yang secara konsisten mampu melebihi jumlah tes.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, 4.286 orang dites di Jakarta atau 56 persen dari angka nasional. Secara kumulatif, DKI Jakarta menemukan 19.125 kasus dari 367.101 orang sehingga tingkat kepositifan Jakarta 5,2 persen, sedangkan tingkat kepositifan nasional 12,4 persen.
Anies menambahkan, dalam situasi pandemi, penularan terjadi di mana-mana. Makin banyak tes, kian banyak kasus ditemukan sehingga makin banyak pasien bisa diisolasi. Makin banyak pasien diisolasi, kian sedikit potensi penularan.
Humas IDI Halik Malik mengatakan, rumah sakit rujukan pasien Covid-19 saat ini kembali penuh pasien. Dia mencontohkan, jumlah pasien yang dirawat di RS Darurat Wisma Atlet, Jakarta, mencapai 1.597 orang, 1.574 kasus di antaranya terkonfirmasi dan 23 suspek. “Padahal bulan lalu pasien Covid-19 yang dirawat tinggal 600-an,” tuturnya.
Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, sejauh ini khusus untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Di rumah sakit rujukan Covid-19 lainnya, yaitu Rumah Pertamian Jaya, jumah pasiennya juga meningkat. Sat ini jumlah yang dirawat sebanyak 84 orang, dan 15 orang di antaranya kritis. “Ruang ICU (unit perawatan intensif) selalu penuh. Bulan ini ada kenaikan pasien yang dipicu oleh klaster keluarga,” kata Halik.
Kebanyakan pasien yang positif saat dilacak keluarganya juga positif Covid-19, sekalipun sebagian di antaranya tanpa gejala atau asimptomatis. Kluster keluarga ini diduga karena banyakya orang yang menjalani isolasi mandiri.
Kluster penularan
Menurut Data Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan, hingga saat ini terdapat 701 kluster total penyebaran Covid-19 di Indonesia yang berhasil dipetakan. Episentrum penyebaran dari Jakarta terlihat dominan, namun semakin banyak kuster baru transmisi komunitas terjadi di daerah.
Sejumlah kluster baru yang ditemukan pada Sabtu (26/7) meliputi antara lain lima RS dan satu puskesmas di Jayapura, kompleks perumahan di Karawang, permukiman di enam kecamatan d Gresik, Jawa Timur, dan komunitas bersepeda di Blitar, Jawa Timur.
Komunitas sepeda di Blitar ini yang diduga menjadi sumber penularan Covid-19 hingga ke RS di daerah ini. Menurut Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar Endah Woro Utami, 43 staf rumah sakitnya dinyatakan positif terkena penyakit itu.
“Awalnya ditemuka empat orang yang terhubung dengan komunitas bersepeda, lalu setelah dilacak ditemukan 30 orang lain yang positif dan belakangan ada tambahan 13 orang lagi,” ujarnya.
Selain berisiko tertular dari lingkungan tempat tinggal, saat ini ada tren penularan di rumah sakit rujukan Covid-19. “Dulu dianggap tenaga kesehatan yang tertular dan meninggal tidak merawat langsung pasien Covid-19. Namun, kini makin banyak tenaga kesehatan di RS rujukan terinfeksi. Jadi, masih ada masalah APD (alat pelindung diri), selain faktor kelelahan, terutama bagi peserta PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis),” kata Zubairi.
Dengan besarnya anggaran untuk penanganan Covid-19, harusnya APD yang sesuai standar tersedia. “Faktanya, banyak pasien yang masih dibebani membayar APD untuk nakes karena rumah sakit kehabisan. Ini seharusnya tidak boleh terjadi, pemerintah harus sediakan APD,” ujarnya.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 menekan perekonomian Indonesia, termasuk Bali. Pemerintah berupaya mempercepat pemulihan ekonomi sejalan penanganan Covid-19. Harapan itu diutarakan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Kepala Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso dalam rekaman video yang diluncurkan Yayasan Puri Kauhan Ubud. (COKORDA YUDISTIRA/TRI AGUNG KRISTANTO/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY)
Oleh AHMAD ARIF
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 27 Juli 2020