Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan mengotomatisasi pengolahan data penginderaan jauh atau inderaja. Meski baru tiga jenis informasi yang sudah diotomatisasi, proses itu diharapkan bisa dilakukan bagi semua informasi inderaja.
“Selain mempercepat penyajian informasi, otomatisasi pengolahan data itu akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada peranti lunak asing berlisensi yang mahal dan data terstandar,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lapan M Rokhis Khomarudin, Senin (15/6), di Jakarta.
Tiga informasi yang pengolahan data inderajanya sudah diotomatisasi ialah penentuan zona potensi penangkapan ikan (ZPPI), pemantauan fase pertumbuhan padi, dan pemantauan lahan bekas kebakaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peranti lunak pengolah data ZPPI itu dinamai ZAP 2.0. Peranti pintar berbasis komputer meja buatan para ahli Lapan itu dioperasikan tanpa kendali manusia. Pemakaian peranti itu memangkas waktu analisis data dari 10 jam jadi 8 menit. “Sejak citra muka Bumi diambil satelit sampai informasi ZPPI diterima nelayan butuh 6 jam,” kata peneliti Pusfatja Lapan Rossi Hamzah.
Informasi yang diterima nelayan itu berupa posisi geografis ZPPI. Meski riset Lapan menyebut akurasi informasi ZPPI 80,5 persen, sejumlah nelayan Indramayu, Jawa Barat, yang mendapat informasi itu lewat pesan singkat di telepon seluler dari dinas perikanan setempat menilai akurasinya 99 persen.
“Berbekal informasi ZPPI dan pengetahuan nelayan tentang arus membuat nelayan bisa memprediksi lokasi ikan beberapa jam setelah informasi diterima,” kata Kepala Bidang Produksi Informasi Pusfatja Lapan Winanto. Informasi ZPPI diperbarui tiap hari dan tiap informasi berlaku selama tiga hari.
Sementara itu, pengolahan data pemantauan fase pertumbuhan padi bisa dipangkas dari 8 jam jadi 20 menit. Data yang diperbarui tiap 8 hari itu bisa dipakai Kementerian Pertanian menentukan daerah yang butuh sarana produksi pertanian, pupuk, dan bantuan lain sesuai tahap pertumbuhan padi. Luas area tanam dan panen padi serta perkiraan produksi beras nasional pun bisa dilakukan.
Meski belum semuanya diotomatisasi, pemanfaatan data inderaja amat luas. Data inderaja sudah dipakai untuk memantau keamanan laut, perubahan tata ruang, pemantauan obyek pajak sampai pemantauan daerah bencana demi mempercepat proses evakuasi korban.
Data inderaja itu diperoleh lewat citra sejumlah satelit asing yang diterima Stasiun Bumi Lapan di Parepare, Sulawesi Selatan dan Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Lalu, data dikirim ke Bank Data Inderaja Nasional di Pekayon, Jakarta. Selanjutnya, data dikirim ke Pusfatja Lapan untuk disebarkan ke berbagai pihak.
“Besarnya manfaat data inderaja bagi kepentingan nasional seharusnya mempercepat pembuatan satelit inderaja nasional,” kata Rokhis. Lapan menargetkan satelit inderaja nasional dibuat mandiri pada 2019, dan jadi loncatan bagi Indonesia untuk membuat satelit telekomunikasi yang lebih canggih. (MZW)
————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Otomatisasi Percepat Proses Pengolahan Data”.