Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan, pengguna internet di Indonesia bertambah hingga sekitar 28 juta jiwa pada 2018, yakni dari 143,26 juta jiwa menjadi 171 juta jiwa. Dengan penambahan ini, nyaris 2 dari 3 orang sudah menggunakan jasa internet dalam kesehariannya.
Data tersebut dinyatakan dalam rilis survei terbaru APJII tentang pengguna dan penetrasi internet 2018 pada Rabu (15/5/2019), di Jakarta. Survei menggunakan multistage random sampling dengan 5.800 responden, tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error 1,28 persen.
“Bisa dibilang penetrasi internet di Indonesia mencapai 64,8 persen. Ini angka yang cukup signifika dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono dalam rilis survei di Hotel Ayana Mid Plaza, Rabu ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/KELVIN HIANUSA–Rilis survei terbaru APJII tentang pengguna dan penetrasi internet pada Rabu (15/5/2019), di Jakarta. Survei menggunakan multistage random sampling dengan 5.800 responden, tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error 1,28 persen.
Adapun sebelumnya penetrasi internet di Indonesia hanya mencapai 54,68 persen atau naik 10,12 persen. Penambahan pengguna sebesar 27,9 juta jiwa membuat hampir 2 dari 3 orang di Indonesia sudah memakai internet dalam keseharian.
Kontribusi pengguna internet terbesar masih didominasi oleh Jawa dengan 55 persen. Pulau-pulau lain menyusul, yakni Sumatera (21 persen), Sulawesi dan Papua (10 persen), Kalimantan (9 persen), serta Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (5 persen).
“Penambahan yang cukup signifikan ini tidak lepas dari pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan. APJII itu punya 450 anggota, contohnya mulai dari Telkom dan yang lain terus membangun di wilayah untuk meningkatkan layanan internet kepada masyarakat,” kata Henri.
Meskipun bertambah cukup signifikan, ternyata masih banyak potensi yang belum terserap optimal. Salah satunya adalah belum termanfaatkannya sisi ekonomi. Survei APJII menyebutkan, 56 persen pengguna atau sekitar 95,8 juta jiwa belum pernah menggunakan internet untuk berbelanja daring.
Dari sekian banyak pengguna internet, hanya 7,6 persen atau 13 juta jiwa yang berbelanja daring dengan intensitas sebulan sekali. Sisanya, sekitar 24 persen, pernah berbelanja, tetapi tidak aktif berbelanjag. Mereka tidak pasti berbelanja sekali dalam rentang sebulan.
Henri menuturkan, potensi besar ini yang seharusnya menjadi fokus utama pada tahun ini. “Kita harus bisa mengonversi angka yang besar itu untuk menjadi shoppers. Jadinya akan efektif membantu ekonomi, dari penjualan di e-commerce,” tambahnya.
Di sisi lain, penggunaan internet masih banyak yang menjurus ke arah negatif. Sebanyak 55,9 persen konton porno masih tersebar luas di internet. Sementara itu, sekitar 1 dari 2 orang mengungkapkan dirinya pernah menjadi korban intimidasi atau yang dikenal dengan bullying.
KOMPAS/KELVIN HIANUSA–Ketua Umum APJII Jamalul Izza (kiri) dan Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono (kanan) saat memberi paparan dalam rilis survei terbaru APJII
Ketua Umum APJII Jamalul Izza menuturkan, peningkatan penetrasi internet di Indonesia menandakan hal yang positif. Namun, APJII masih memiliki tugas untuk menyebarkan penggunaan internet hingga ke setiap wilayah.
“Dengan adanya survei ini. Anggota kami bisa melihat penetrasi di daerah mana yang masih kurang. Jadi buat anggota bisa evaluasi dan melakukan sesuatu. Ini terdapat potensi bisnis juga,” ucap Jamal.
Target utama APJII adalah meningkatkan koneksi internet di setiap rumah. Saat ini hanya 10 juta rumah yang terkoneksi. Pada 2024, APJII menargetkan 40 juta rumah sudah terhubung internet.
Dengan terhubungnya internet ke rumah-rumah, ibu rumah tangga bisa lebih memaksimalkan penggunaan internet. Adapun saat ini mayoritas atau lebih dari 90 persen pengguna internet masih memanfaatkan gawai sebagai alat mengakses.–KELVIN HIANUSA
Editor PASCAL S BIN SAJU
Sumber: Kompas, 15 Mei 2019