Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berupaya meningkatkan peringkat perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia, hingga masuk jajaran kelas dunia. Salah satunya dengan mendorong staff mobility atau sarana pengembangan pengetahuan staf ke luar negeri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, di sela-sela pelantikan Rektor Universitas Diponegoro Periode 2019-2024 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (29/4/2019), mengatakan, dosen dalam negeri didorong ke luar negeri atau sebaliknya, lalu kemudian melakukan kolaborasi.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Suasana pelantikan Rektor Universitas Diponegoro Periode 2019-2024 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (29/4/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nasir menuturkan, output dari staff mobility tersebut ialah riset dan inovasi. “Apabila staff mobility sudah masif maka riset akan semakin banyak. Terkait pendanaan, kami sudah mengajukan ke Presiden, yakni dana pengembangan pendidikan tinggi untuk menuju kelas dunia,” kata Nasir.
Ia menambahkan, student mobility bagi mahasiswa juga perlu terus didorong. Terkait ini, mahasiswa asing bisa ke Indonesia, karena urusan terkait visa tuntas, yakni dengan visa pelajar. Sementara untuk dosen yang hendak melakukan penelitian, tengah diupayakan dipermudah, dengan melibatkan sejumlah kementerian.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memberi pernyataan terkati keberlangsungan perkuliahan di daerah terdampak bencana, di kampus Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (6/10/2018). Kemenristek Dikti akan menyiapkan beasiswa.
Berdasarkan QS World University Ranking, UI kini menduduki peringkat ke-292 dunia, disusul ITB (359), UGM (391), Unpad (651-700), IPB (701-750), Unair (751-800), Undip (801- 1.000), dan ITS (801-1.000). UI, ITB, dan UGM diharapkan masuk 200 besar dan PTN-BH lainnya masuk 500 besar.
“Tiga perguruan tinggi ini (UI, ITB, dan UGM) didorong untuk masuk 200 besar. Sementara yang lain, seperti Undip, misalnya yang kini di angka 800, didorong untuk masuk 500 besar,” ujar Nasir.
Rektor Undip dilantik
Pada Jumat, Majelis Wali Amanat Undip melantik Yos Johan Utama sebagai Rektor Undip periode 2019-2024. Ini merupakan periode kedua Yos dalam memimpin Undip. Adapun dalam pemilihan rektor Undip kali ini, Yos, yang merupakan mantan Dekan Fakultas Hukum Undip, merupakan calon tunggal.
Yos menuturkan, pada 2015, Undip menempati urutan 10 pada pemeringkatan perguruan tinggi oleh Kemristekdikti. Lalu pada 2018 meningkat menjadi urutan 5. “Lima tahun mendatang menjadi tahun-tahun strategis untuk menentukan apakah Undip akan masuk daftar universitas kelas dunia,” ujarnya.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Rektor Universitas Diponegoro Periode 2019-2024, Yos Johan Utama (kanan) dilantik di kampus Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (29/4/2019).
Penatakelolaan kampus
Menurutnya, sejumlah hal yang perlu ditingkatkan antara lain jumlah lektor kepala, mahasiswa asing, dan infrastruktur. Guna mewujudkan itu, diperlukan penata kelolaan universitas yang andal dan mapan serta ketersediaan sistem informasi. Selain itu, juga perencanaan anggaran yang semakin baik.
Ketua Majelis Wali Amanat Undip, Muliaman Hadad, mengatakan, untuk menjadi universitas berkelas dunia, penelitian dan pemikiran yang ada di Undip diharapkan tetap konsisten pada ciri dan kekhasan selama ini. Yakni, pengembangan lingkungan wilayah tropis, pantai pesisir, serta pengolahan sumber daya laut dan kemaritiman.
Salah satu contoh yakni penelitian yang telah dilakukan di bidang perencanaan kota, yang kemudian menyediakan perumahan layak huni di wilayah pesisir di Kabupaten Kendal. “Ini karena ada komitmen, dedikasi, dan sinergi antara pembuat kebijakan, penyandang dana, dan pengembang. Ini menjadi proyek percontohan di Indonesia,” katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, hilirisasi menjadi hal penting, sehingga hasil riset dan inovasi dapat lebih banyak dimanfaatkan masyarakat. Lebih jauh, bersama perguruan tinggi lainnya, mudah-mudahan ini menjadi kompetisi yang baik, untuk berkolaborasi membangun kemanusiaan.–ADITYA PUTRA PERDANA
Editor AGNES PANDIA
Sumber: Kompas, 29 April 2019