PEMOTRETAN udara ataupun pengambilan gambar untuk berbagai kepentingan, baik sipil maupun militer, terus dikembangkan. Salah satunya adalah dengan pesawat udara tidak berawak atau biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV).
Penggunaan foto dan video udara telah lama dikenal sejak awal Perang Dunia I. Dengan teknologi penerbangan yang ada, dunia fotografi pun merambah ke angkasa. Penggunaan foto dan video udara saat itu masih dominan untuk keperluan militer.
Di masa sekarang, walaupun telah hadir teknologi satellite imaging, penggunaan pesawat dan helikopter untuk foto udara tetap tidak tergantikan. Saat ini, teknologi foto dan video udara digunakan di berbagai bidang, mulai dari kepentingan penelitian, peta bencana, hingga untuk keperluan militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini, penggunaan pesawat atau helikopter untuk foto dan video udara telah digantikan dengan pesawat model. Militer Amerika mengembangkan pesawat model UAV untuk peperangan jarak dekat, polisi Inggris menggunakan helikopter model untuk patroli, bahkan Hollywood memiliki pesawat model sendiri untuk pembuatan film.
Di kalangan sipil, pesawat tanpa awak banyak digunakan untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana alam, penginderaan, survei vegetasi hutan, daerah perbatasan dan lain sebagainya. Bahkan juga kini bisa menjadi lahan bisnis dengan pemotretan udara untuk iklan ataupun pengambilan gambar untuk landscape.
Untuk penggunaan di kalangan militer biasa digunakan sebagai menyusup ke daerah musuh. Terdapat pula sebagai penghancur daerah musuh. Bentuk UAV yang sangat kecil yang menyebabkan mudah untuk melakukan operasi dan relatif rendah biaya operasionalnya menjadi pertimbangan utama penggunaan kendaraan ini jika dibandingkan dengan kendaraan udara berawak.
Penyusup
Bahkan dari Lembaga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (STTAD) seperti yang dikatakan Letkol Nurachman, pesawat tanpa awak yang dibuat oleh siswanya dengan nama Rotary Wing, mirip helikopter tapi dengan tiga baling-baling yang dijalankan dengan remote control bisa difungsikan sebagai penyusup siang ataupun malam. Sangat menguntungkan, karena alat ini bisa menggantikan beberapa personel dan tanpa suara.
Kalaupun nantinya Rotary Wing tertangkap musuh, dalam hitungan detik pesawat ini bisa diledakkan dari jarak jauh, sehingga data yang ada di Rotary Wing musnah tidak terdekteksi musuh.
Penggunaan UAV untuk berbagai keperluan tersebut diperlukan sebuah sistem kontrol yang andal mengingat posisi kendaraan ini ketika dioperasikan sangat jauh dari Ground Station Control (GSC) yang merupakan pusat kendalinya. Selain itu, bentuk kontruksi yang relatif kecil seringkali rentan terhadap gangguan angin. Oleh karena itu, perancangan terhadap sistem kontrol tersebut merupakan suatu bagian yang sangat mutlak agar kendaraan ini dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. (Wiharjono-24)
Sumber: Suara Merdeka, 29 Oktober 2012