Pengamatan Tanda Awal Gempa Dikembangkan

- Editor

Jumat, 27 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aspek Sosial dan Budaya Jadi Tantangan
Gempa bumi menjadi bencana alam paling sulit diprediksi kapan akan terjadi, berapa kekuatan, dan di mana lokasinya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah mengembangkan sistem pemantau tanda awal gempa serta menjadi peluang baru mitigasi bencana ke depan.

”Banyak seismolog menyatakan, gempa bumi tak bisa diprediksi. Namun, sebagian lain, terutama dari kalangan non-seismolog, menyatakan bisa”, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya saat membuka seminar geofisika di Kantor BMKG, Jakarta Kamis (26 5).

”Sejumlah paper menyebut gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 ada prekusornya (tanda-tanda awal). Kita sekarang punya sistem itu. Ini perlu ditingkatkan untuk kepentingan mitigasi ke depan,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sistem pemantauan prekursor gempa ini, menurut Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya, dirintis sejak tiga tahun terakhir. Salah satunya dengan metode perekaman anomali magnet bumi.

photo_2016-05-27_14-39-45”Prekursor gempa dipantau dengan meneliti adanya anomali spektrum magnet bumi komponen Z/H pada frekuensi 0.02 Hz untuk Sumatera dan Jawa Barat bagian selatan,” ujarnya.

Sensor magnet bumi dipasang di Gunungsitoli (Sumatera Utara), Liwa (Lampung), dan Tangerang (Banten). Dari 28 kejadian gempa bumi di Gunungsitoli, sudah diketahui rata-rata waktu paparan anomali spektrum magnet bumi komponen Z/H dengan waktu kejadian gempa bumi 4 sampai 30 hari.
“Di samping itu sudah dapat dihitung arah azimut pusat gempa bumi dari lokasi tempat pengamatan (sensor) dan hasilnya cukup baik. Metode ini sudah cukup baik, tetapi masih harus terus dikembangkan,” ujarnya
Peneliti BMKG, Suaidi Ahadi, memaparkan risetnya, pada 4 April 2016, terekam anomali geomagnetik di Gunungsitoli. Ternyata kemudian terekam gempa M 5,1 pada 17 April 2016.

Sementara anomali pada 8 April 2016 yang terekam lalu diikuti gempa M 5,1 pada 12 April dan anomali pada 10 April 2016 diikuti gempa M 5,5 pada 23 April 2016. “Kesimpulan kami, pemantauan prekursor gempa dengan data magnet bumi bisa memberikan infomasi kurang dari satu bulan untuk aktivitas potensi sumber,” kata Suaidi.

Gas radon
Bambang Sunardi, peneliti geofisika dari Litbang BMKG mengatakan, selain mengamati anomali magnet bumi, pemantauan gas radon (Rn) telah dilakukan. Pemantauan itu dilaksanakan di sejumlah lokasi, seperti di Palabuhanratu, Jawa Barat, dan di Yogyakarta, tepatnya di kawasan Pundong dan Piyungan, Kabupaten Bantul.

“Dari pantauan kami, awal 2015, frekuensi gempa di Yogyakarta sedikit. Pada akhir 2015 cukup banyak gempa. Ternyata ini sejalan dengan peningkatan konsentrasi gas radon yang menunjukkan peningkatan pada akhir 2015,” ujarnya.

Menurut Deputi BMKG Bidang Geofisika Masturyono, meski hasil riset berkembang baik sejauh ini gempa belum bisa diprediksi secara presisi kapan terjadi hingga hitungan jam dan berapa magnitudonya. “Sistem ini harus diteliti lagi hingga bisa diimplementasikan,” katanya.

Perlu juga dikembangkan sistem prekursor yang terintegrasi di antara dua sensor, misalnya radon dan geomagnetik, agar bisa saling mengonfirmasi “Dari aspek sosial dan budaya, tantangannya amat besar jika sistem ini nanti diimplementasikan,” ucapnya.

Andi mengingatkan, mitigasi gempa yang utama adalah pada mutu bangunan. Gempa tak membunuh, tetapi bangunan roboh perlu diwaspadai. Dalam kasus gempa di Yoyakarta pada 2006, kerugian mencapai Rp 3,1 triliun dan ribuan jiwa meninggal. (AlK)

Sumber: Kompas, 27 Mei 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB