Pengamat Planet Bumi

- Editor

Jumat, 3 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PENJELAJAHAN antariksa semenjak tahun 1957 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar kegiatan sampai delapan tahun yang lalu diperuntukkan kepada penelitian detail alam semesta dan isinya, kecuali planet Bumi kita sendiri. Perubahan berlangsung ketika timbul kesadaran dan kekhawatiran akan terjadinya perubahan habitat kehidupan karena proses alami dan sumber akibat antropogenik. Ditemukannya, serta kemudian dibuktikan lagi, pengaruh CFC pada lapisan ozon di kutub selatan pada tahun 1975, mendesakkan prioritas baru dalam penelitian antariksa. Dalam skala kepentingan yang baru itu, Bumi, yang menurut berbagai kriteria fisik merupakan tempat rentan, perlu diteliti secara global agar interaksi sistematik antara lapisan udara, laut, dan daratan dapat disimak.

Menjelang tahun 1990 sudah dicanangkan suatu upaya untuk memperingati tahun 1992 sebagai tahun International Antariksa. Berbagai sebab menumpu dan menumpunkan perhatian kita kepada tahun tersebut sebagai tahun misi ke planet Bumi.

Oleh karena itu di baptislah kegiatan antariksa ini dengan nama ”misi” ke planet Bumi’, untuk merealisasi kegunaan antariksa sebagai tempat khas memantau warisan kemanusiaan. Misi kali ini bukan sekadar peninjauan, tetapi harus merupakan upaya terpadu yang mengikutsertakan berbagai bangsa dan memanfaatkan hampir semua spektrum elektromagnetik untuk melihat kembali Bumi sebagai sistem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ada sejumlah alasan teknis mengapa antariksa dipilih sebagai landas penelitian untuk melihat Bumi. Jadi bukan hanya menggiatkan penelitian insitu tentang antariksa sendiri. Setiap panglima ingin menduduki tempat tertinggi, apakab puncak bukit atau pohon tinggi, guna melihat cakrawala agar dapat menguasai wilayah sekitarnya. Hal itu perlu, baik di kala damai maupun dalam keadaan perang. Hampir analog dengan visi tersebut, timbul paradigma pada masa perang dingin, pasca perang dunia kedua, yang menuntun pemunculan konsep penguasaan antariksa untuk ”menguasai” Bumi. Dan tempat itulah diharapkan pemantauan dan pengamatan Bumi secara berkesinambungan mempunyai arti penting bagi para ahli strategi militer. Pemantauan memerlukan proses penginderaan dan perekaman. Penginderaan antariksa menyajikan medan pandang luas dan globalistik dalam tempo sependek mungkin. Keunggulan komparatif seperti itu tidak hanya membuka cakrawala penerapan baru, tetapi juga sekaligus menyingkapkan deretan pilihan kesempatan ilmiah yang tidak dapat diperoleh dengan metode biasa dari landas bumi.

Percepatan pengumpulan dan mengalirkan informasi yang perlu diolah cepat agar tujuan utama menyajikan data dalam waktu yang bersamaan dapat terealisasi. Tetapi, berpeda dengan aplikasi penginderaan jauh geologik di masa lalu dengan landas layang, penginderaan antariksa mengalirkan format informasi dalam bentuk digital. Di masa lalu rekaman data yang tersimpan dalam lapisan seluloid film akan segera memberitahukan kepada kita rona struktur dan pola geomorfologi. Sekarang agar format digital dapat ditelan sebagai informasi harus diolah dan ditingkatkan (enhance) agar mempunyai kualitas piktorial yang dapat ter-reka, sebagaimana halnya sebuah foto. Oleh karena itu teknik memproses citra digital harus berkembang bersama dengan teknik penginderaan antariksa, agar manfaat sebesar-besarnya dari keunggulan landas antariksa untuk mengindera Bumi dapat menjadi kenyataan.

Banvak cabang pengetahuan yang tadinya terpisah kini menjadi manunggal. Astronomi umpamanya, sebagai cabang keilmuan yang memanfaatkan penginderaan jauh sejak kelahirannya kembali di abad modern, belajar mengolah citra untuk menyaring sinyal dan meredam derau. Bahkan kemajuan yang pesat dalam ilmu komputer dipergunakan untuk menyaring informasi dari derau, tidak ubahnya sebagai masyarakat yang mengolah berita dari rumor. Ini tidak berarti bahwa rumor harus selalu dipakai sebagai informasi, apalagi sebagai acuan. Dalam proses ilmiah, seperti halnya interpretasi sinyal astronomis dan penginderaan jauh, penggunaan kaidah penyisihan dan pembobotan derau secara matematis dan fisik harus diberlakukan secara taat asas, sebelum pekerjaan dimulai. Penentuan ini sangat penting agar kita tidak bisa dalam memandang derau sebagai informasi.

Dua dari tujuan fundamental kemanusiaan adalah: 1. terus mencari cara untuk mencapai keadaan yang lebih baik dalam suasana kerja yang damai bagi semua pihak penghuni planet ini. 2. menjamin keseimbangan antara kehidupan manusiawi dan lingkungannya, yakni mencari balans antara kebutuhan material dan sumber energi serta daya. Dewasa ini, karena kerentanan Bumi, kita tidak dapat lagi bersikap sebagai armchair philosophers saja, yang memberikan tuntunan terus-menerus secara kualitatif. Masih banyak parameter lingkungan hidup kita –mulai dari kadar kebersihan udara sampai pencemaran lingkungan air yang harus kita kuantifikasi agar tindakan yang akan diterapkan benar merupakan suatu jawab terhadap situasi yang berubah. Kita ”mahasiswa” pengetahuan alami semestinya cancut tali wondo melaksanakan upaya ilmiah mengukur dan menginterpretasi berbagai fenomena atmosfer. Dan tujuan akhir suatu upaya ilmiah tidak harus berhenti pada ulasan deskriptif, tetapi akan lebih berguna kalau kita dapat menyajikan acuan yang prediktlf benar dan landasan fisik tentang fenomena.

Selain hal tersebut masih ada suatu cabang keilmuan panting yang erat hubungannya dengan penginderaan global, yakni hukum internasional. Beberapa saat lagi satelit Earth Observing System (EOS) milik NASA akan dioperasikan. Paket instrumen dengan daya kemampuan tinggi itu nanti sangat mengesankan dan efisien mengumpulkan data dalam liputan waktu maupun ruang. High Resolution Imaging Spectrometers (HRIS) secara simultan akan mempergunakan 192 pita panjang gelombang dari 0,4 sampai 2,5 mikrometer. Dengan mengamati cahaya matahari yang terpantul dari permukaan Bumi, maka pengamatan HRIS dengan resolusi spectral yang tinggi itu sudah dapat melihat sedimen dan aerosol yang melayang di udara atau phytoplankton yang terapung di samudera dan selat di Bumi. Paket lain yang memanfaatkan semua laser akan mengukur uap air angkasa Bumi, topografi permukaan sampai ordo sentimeter, sifat sebaran partikel angkasa dan angin traposfer. Radar sinteik akan mampu menangkap semua peristiwa di daratan Bumi dalam keadaan hujan, siang atau malam, bahkan dalam badai salju sekalipun. Jika diingat bahwa kemampuan satelit remote sensing dalam perang teluk beberapa tahun yang lalu, sudah dapat melebihi informasi intelijen darat dengan faktor 10 sampai 50 kali lebih efektif, maka EOS akan merupakan wahana canggih untuk mangetahui lebih banyak tentang kepemilikan negara lain tanpa mengenal batas geografi.

Oleh karena itu, masalah hukum yang berkaitan dengan property terutama negara yang sedang berkembang, tidak boleh ditinggalkan. Di masa depan definisi yang lebih tajam mengenai pemilikan dan hak dalam penginderaan jauh harus diolah Iebih seksama daripada dimasa lalu, dan dengan sedikit mungkin batas kesalahan agar tidak ada negara atau pihak yang dirugikan, karena tidak mengetahui kekayaannya sendiri. Demikian juga masalah interferensi elektromagnetik memerlukan aspek legal agar tidak terjadi peluruhan salah satu cabang ilmu pengetahuan atau aspek kemanusiaan akibat interferensi yang tak terkendali. Di dalam bidang ini para ahli hukum, akademik maupun maupun praktisi, dan para ilmuwan mempunyai ruang gerak yang luas untuk memikirkan bersama masa depan planet Bumi dan pemilikan kekayaan suatu negara.

Bambang Hidayat, astronom di UPT Observatonum Bosscha, ITB

Sumber: KOMPAS, RABU, 4 MEI 1994

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Hebat! 5 Siswa Indonesia Raih Medali di Olimpiade Astronomi Internasional
Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Kapal yang Digerakkan oleh Magnet
Bintang Bethlehem dan Terkaan Astronomi
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Pakar Ilmu Komunikasi UGM Sebut Protes Hary Tanoesoedibjo Siaran Analog Dimatikan Timbulkan Paradoks
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 4 September 2023 - 07:59 WIB

Hebat! 5 Siswa Indonesia Raih Medali di Olimpiade Astronomi Internasional

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Minggu, 30 April 2023 - 07:41 WIB

Kapal yang Digerakkan oleh Magnet

Rabu, 28 Desember 2022 - 16:27 WIB

Bintang Bethlehem dan Terkaan Astronomi

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Selasa, 8 November 2022 - 15:39 WIB

Pakar Ilmu Komunikasi UGM Sebut Protes Hary Tanoesoedibjo Siaran Analog Dimatikan Timbulkan Paradoks

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB