Angka penetrasi internet sebesar 51,8 persen atau setara dengan 132,7 juta penduduk Indonesia pada 2016 menjadi modal berharga untuk negara ini bergerak menuju ekonomi digital. Meski sudah mulai berjalan, pemerintah belum memiliki sistem pelacakan aktivitas ekonomi digital secara keseluruhan. Pemerintah wajib untuk membuat sistem itu supaya aktivitas ekonomi digital terpantau dan dapat dijadikan sumber penghasilan negara.
”Sensus ekonomi terakhir belum dapat betul-betul men-tracking ekonomi digital. Pemerintah harus mengupdate data yang belum dapat di-track itu. Data mungkin ada, tetapi belum semua potensinya dapat diketahui,” kata Bhima Yudistira Adhinegara, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), saat dihubungi pada Kamis (16/11).
Ia menambahkan, Paket Kebijakan Ekonomi XIV yang menjadi peta jalan perdagangan nasional berbasis elektronik agar tidak sekadar menjadi peta saja. ”Harus disusun dan diawasi secara serius teknisnya akan seperti apa dan akhirnya memberikan manfaat kepada para pengguna e-commerce,” kata Bhima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
NINO CITRA ANUGRAHANTO–Para pembicara sedang berdiskusi dalam acara Economic Briefing 2017, yang diselenggarakan di Kantor Pusat Indosat, Jakarta Pusat, Kamis (16/11).
Ekonomi Indonesia triwulan III-2017 tumbuh sebesar 5,06 persen dari tahun sebelumnya. Sektor informasi dan komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan kedua tertinggi dengan persentase 9,35 persen.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution melihat bahwa pertumbuhan e-commerce itu meningkat pesat. Berdasarkan penjualan e-commerce via Bank Central Asia, penjualan naik sekitar 30 kali lipat dalam kurun Januari 2014-Juni 2017. Hal tersebut berbanding terbalik dengan usaha ritel yang mengalami penurunan sebesar 10,5 persen pada awal tahun 2017.
”Saya tidak menolak terjadinya ekonomi digital. Namun, pengawasan itu harus betul-betul dilakukan. Konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat terdapat di sektor apa saja itu harus kita ketahui,” kata Darmin dalam acara Digital Economic Briefing 2017 yang diselenggarakan Indosat Ooredoo, di Kantor Pusat Indosat, Jakarta Pusat, Kamis (16/11).
Menanggapi hal itu, dalam acara yang sama, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengatakan akan segera bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik untuk memasukkan e-commerce dalam survei-survei yang dilakukan. Tujuannya adalah aktivitas ekonomi digital itu dapat terpantau.
”Kami memiliki program untuk mencetak 1.000 start up pada 2020. Jika aktivitas ekonomi mereka terpantau, ini mampu menjadi sumbangan APBN yang sangat besar untuk negara,” kata Rudiantara.
Menurut laporan triwulan III-2017, lapangan usaha dari sektor informasi dan komunikasi menyumbangkan produk domestik bruto sebesar Rp 130,9 triliun atas harga berlaku dan Rp 127,9 triliun atas harga konstan pada 2010.
Ekonomi kreatif
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, saat ini, sektor ekonomi kreatif mampu memberikan Rp 852 triliun untuk produk domestik bruto. Sektor ekonomi kreatif merupakan salah satu yang disasar untuk masuk ke ranah ekonomi digital. Rudiantara mengatakan, setidaknya tiap satu sektor ekonomi kreatif, yang terdiri dari 16 sektor, itu mampu menghasilkan satu usaha rintisan (start up).
Dari kalangan swasta, Joy Wahjudi, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo, menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh usaha pemerintah menuju era ekonomi digital. Sebagai unit usaha telekomunikasi, Joy mengaku akan fokus pada penyediaan layanan dan tidak ambil bagian pada sektor e-commerce.
Ekonomi digital itu tentunya akan menggunakan jaringan internet. Kami akan fokus untuk terus memperbaiki jaringan demi kenyamanan pelanggan dalam menggunakannya.
”Ekonomi digital itu tentunya akan menggunakan jaringan internet. Kami akan fokus untuk terus memperbaiki jaringan demi kenyamanan pelanggan dalam menggunakannya,” kata Joy. Ia menambahkan, sekitar 50 persen dari pendapatan perusahaannya itu didapat dari penjualan paket data internet. Hal itu membuktikan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap internet terhitung tinggi.
Namun, menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2016, pengguna internet yang memanfaatkan layanan tersebut guna berdagang atau mencari barang masih sedikit. Dalam survei itu, baru sekitar 10,4 juta orang atau 8,5 persen dari seluruh pengguna internet di Indonesia yang memanfaatkan layanan internet untuk berdagang atau mencari barang.
Baru sekitar 10,4 juta orang atau 8,5 persen dari seluruh pengguna internet di Indonesia yang memanfaatkan layanan internet untuk berdagang atau mencari barang.
Untuk mengatasi hal itu, Rudiantara mengaku akan mengajak anak-anak muda di kampus-kampus untuk berwirausaha. Hal itu terkait dengan keinginannya untuk menghasilkan 1.000 usaha rintisan berbasis digital pada 2020.
”Kita harus mulai mengubah mindset. Anak-anak muda ini didorong penuh untuk membentuk usaha rintisan dan bukan hanya menjadi karyawan saja. Dengan membentuk usaha rintisan, mereka bisa ikut membantu memberdayakan atau memperkerjakan orang-orang,” kata Rudiantara. (DD16)
Sumber: Kompas, 16 November 2017