Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Juri Penghargaan Penemu Muda Nasional (National Young Inventor Awards/NYIA) 2010 yang juga peneliti Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Subiyatno, di Jakarta, Kamis (21/10). Temuan mereka umumnya masih bersifat penyelesaian teoretis sehingga untuk bisa diaplikasikan, apalagi dikomersialkan, perlu penyempurnaan lebih lanjut.
Secara kualitas, temuan pelajar SMP-SMA/SMK Indonesia yang umumnya bersifat mekanik itu tidak kalah dengan penemuan sejenis yang dilakukan anak-anak SMA di negara-negara ASEAN. Namun, jika dibandingkan dengan temuan pelajar Jepang atau Taiwan, kondisinya berbeda karena temuan mereka sebagian besar sudah bersifat digital dan robotik.
”Temuan pelajar Indonesia memiliki keunikan, yaitu berakar pada persoalan sehari-hari dan budaya Indonesia. Sifatnya yang mekanik juga membuat temuan mereka mudah digunakan masyarakat Indonesia yang kurang terbiasa dengan peralatan yang bersifat robotik,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
NYIA 2010 diikuti 154 peserta, baik kelompok maupun individu, yang mewakili sejumlah SMP dan SMA di 12 provinsi. Sebaran asal peserta untuk perlombaan tahun ini dianggap lebih baik dengan semakin banyaknya peserta dari Indonesia timur.
”Keikutsertaan siswa SMK masih sangat kurang. Padahal, seharusnya lebih banyak siswa SMK yang ikut karena pelajaran mereka lebih aplikatif,” ujarnya.
Untuk finalis lomba yang dipilih sebanyak 15 peserta, dominasi siswa dari Jawa dan Sumatera masih cukup tinggi. Demikian pula untuk pemenang lomba yang akan diikutkan dalam Pameran Internasional Penemu Muda di Vietnam, Desember nanti.
Diraih Yogyakarta
Juara pertama NYIA 2010 diraih tim SMAN 1 Yogyakarta yang beranggotakan Ikhsan Brilianto, Andreas Diga, dan Ahmed Reza. Mereka menemukan plasmurator atau plasma-generator untuk meminimalkan emisi kendaraan bermotor. Alat yang dibuat dari kaleng bekas dan hanya memerlukan biaya Rp 20.000 ini terbukti mampu mengurangi kadar karbon dioksida yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor hingga 25,76 persen dan meningkatkan jumlah oksigen hingga 4,76 persen.
Pemenang kedua diperoleh tim SMA Plus Negeri 17 Palembang yang beranggotakan Eddy Yuristo, Reijefki Irlastua, dan Priyanka dengan temuan berupa alat semprot herbisida untuk menahan pertumbuhan gulma di perkebunan yang jauh lebih ekonomis dibandingkan teknik yang sudah ada. Sedangkan juara ketiga dianugerahkan kepada tim SMA Negeri 6 Yogyakarta yang terdiri atas Erlinda Nurul Kusuma, Maria Fransisca Simbolon, dan Delphine Yustica Ratnasari dengan temuan pot tanah yang langsung mengandung pupuk organik sehingga membuat tanaman tidak perlu diberi pupuk lagi.
Selain ketiga pemenang itu, tim juri yang beranggotakan peneliti dari sejumlah lembaga penelitian dan perguruan tinggi itu juga memberikan kesempatan kepada dua tim lain untuk diberangkatkan ke Vietnam. Mereka adalah tim SMA Stella Duce I, Yogyakarta, yang menemukan kuas cat tembok yang dilengkapi sekaligus dengan penampung catnya dan tim SMAN 3 Padang dengan temuan berupa penggabungan sikat gigi dan pasta gigi dalam satu benda.
Kepala LIPI Lukman Hakim mengatakan, lomba ini dapat menjadi ajang pembelajaran bagi para siswa SMP/SMA/SMK untuk mengenal dan mengetahui perkembangan penelitian yang dilakukan siswa di daerah lain. (MZW)
Sumber: Kompas, Jumat, 22 Oktober 2010 | 04:51 WIB