Penelitian dan pengabdian masyarakat yang menjadi salah satu peran penting perguruan tinggi di Indonesia masih belum optimal. Padahal, penelitian dapat mendorong lahirnya inovasi untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Dari penilaian borang akreditasi program studi di perguruan tinggi negeri dan swasta, standar untuk penelitian dan pengabdian masyarakat masih rendah, di bawah skala 2 dari skala 0-4. Bahkan, di program studi doktor yang semestinya kuat dalam penelitian, hasil penilaian borang program studi untuk standar penelitian dan pengabdian masyarakat baru hampir mendekati 2.
Pada pertemuan Tahunan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2015 pekan ini, Ketua BAN-PT Mansyur Ramly mengatakan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang menjadi salah satu standar penilaian akreditasi program studi perlu mendapat perhatian. Hal ini karena hasilnya belum memuaskan, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Untuk perguruan tinggi yang akreditasi B untuk menuju ke akreditasi A masih menghadapi kendala standar penelitian. Di perguruan tinggi swasta selain penelitian, yang rendah juga terkait dosen dan mahasiswa dan lulusan rendah,” kata Mansyur.
Daya saing
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengakui rendahnya produktivitas penelitian di perguruan tinggi Indonesia. Padahal, penelitian yang melahirkan inovasi penting untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Penelitian didominasi perguruan tinggi negeri. Publikasi internasional perguruan tinggi dan swasta sejak 2013 sebenarnya mulai meningkat. Pada 2014, di perguruan tinggi swasta hanya menghasilkan 1.384 publikasi, sedangkan di perguruan tinggi negeri 5.086 publikasi.
Lembaga pemeringkat internasional, Scimago Institution Ranking, pada 2014 menempatkan Indonesia pada posisi ke-52 dalam publikasi ilmiah internasional, berada jauh di bawah Malaysia (23), Singapura (33), dan Thailand (40). Salah satu perguruan tinggi Malaysia, yakni Universitas Kebangsaan Malaysia, pada Januari 2015 menghasilkan 19.878 publikasi. Adapun Institut Teknologi Bandung yang produktivitasnya tertinggi di Indonesia pada waktu yang sama baru menghasilkan 4.094 publikasi.
“Penelitian kita dorong, salah satunya dengan memberikan insentif untuk memacu periset Indonesia menulis di jurnal internasional,” kata Nasir. (ELN)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Desember 2015, di halaman 11 dengan judul “Penelitian dan Pengabdian Masih Rendah”.