Peneliti Indonesia dan Australia Berkolaborasi

- Editor

Jumat, 26 Agustus 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para peneliti dari tujuh perguruan tinggi di Indonesia dan peneliti dari empat perguruan tinggi di Australia merumuskan bentuk kolaborasi penelitian yang menguntungkan bagi kedua negara. Kolaborasi semacam ini menjadi cara efektif agar hasil penelitian di perguruan tinggi bisa segera dimanfaatkan masyarakat.

Kolaborasi itu diwujudkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Penelitian Indonesia-Australia yang berlangsung di kampus Universitas Airlangga, Surabaya, Senin (22/8)-Selasa (23/8). Sekitar 250 peserta dari kedua negara yang mewakili akademisi, pemerintah, dan kalangan industri hadir.

Adapun tujuh perguruan tinggi dari Indonesia itu adalah Unair, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Surabaya), Universitas Indonesia (Jakarta), Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Hasanuddin (Makassar). Adapun perguruan tinggi dari Australia adalah Monash University, Australian National University, The University of Melbourne, dan The University of Sydney.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Riset yang baik membutuhkan waktu dan jaringan yang luas. Riset akan lebih baik jika lebih banyak pihak yang terlibat, maka forum ini kami adakan,” kata Direktur Australia-Indonesia Centre Paul Ramadge. Australia-Indonesia Centre merupakan lembaga yang dibentuk Pemerintah Australia akhir 2013 untuk memfasilitasi inovasi berdasarkan riset dan mempererat hubungan Australia-Indonesia.

Konferensi ini terbagi dalam beberapa kluster diskusi supaya lebih terfokus. Kluster-kluster itu antara lain diskusi mengenai energi, kesehatan, infrastruktur, pengairan perkotaan, dan pangan. Para akademisi diharapkan dapat merealisasikan kolaborasi penelitian di bidang-bidang tersebut. “Kami sangat menyambut baik apabila ada pihak industri yang ingin terlibat,” kata Paul. Dengan keberadaan industri, hasil dari penelitian itu dapat segera diproduksi massal untuk dimanfaatkan masyarakat.

Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan, konferensi ini menjadi kesempatan terbaik untuk mendorong percepatan upaya kemandirian bangsa. Selama ini Indonesia menjadi pasar empuk berbagai produk impor. Dengan berkolaborasi, para peneliti dapat menemukan inovasi yang menggantikan produk impor.

Misalnya, Indonesia banyak mengimpor sapi dari Australia. Maka, peneliti Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas sapi di dalam negeri. Di bidang lain, peneliti Indonesia dapat belajar banyak dari Australia dan menerapkannya di Tanah Air. (DEN)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2016, di halaman 12 dengan judul “Peneliti Indonesia dan Australia Berkolaborasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB