Peneliti Bukan Hanya Pengidentifikasi Masalah, Melainkan Juga Perumus Solusi

- Editor

Jumat, 11 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sudah bukan zamannya lagi bagi peneliti mengkaji suatu masalah atau fenomena dengan sekadar menargetkan menemukan faktor-faktor penyebab fenomena tersebut. Peneliti perlu melangkah lebih maju, yakni mendapatkan alternatif-alternatif solusi yang efektif untuk menyelesaikan masalah.

Hal itu dikemukakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain sebelum membuka Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia 2015 “Tantangan Terkini Perairan Darat di Wilayah Regional Tropis: Menyongsong World Conference 2016”, Kamis (10/12), di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Iskandar mengharapkan hal itu juga dilakukan para peneliti limnologi atau ekosistem perairan darat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti tidak hanya memikirkan seberapa besar kontribusi pada perkembangan ilmu atau komunitas ilmiah, tetapi juga seberapa besar dampak bagi pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas. “Penelitian harus ditargetkan membawa perubahan atau setidaknya mendorong perubahan,” ucap Iskandar.

Terkait bidang limnologi, Iskandar menuturkan, kebutuhan air terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk dan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Air juga berkaitan erat dengan kebutuhan pangan dan energi. Pemanfaatan perairan darat untuk kebutuhan pangan dan energi harus menjamin terpenuhinya kebutuhan air untuk hidup. Karena itu, karakter perairan darat perlu dipahami agar pemanfaatan berkelanjutan.

79cdda12bed04341ae73cba85863c65dKOMPAS/JOHANNES GALUH BIMANTARA—M Fakhrudin, peneliti Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, memaparkan Environmental Monitoring and Warning System (E-Most) yang saat ini dikembangkan untuk tujuan peringatan dini kematian massal ikan di Danau Maninjau, Sumatera Barat. Aplikasi E-Most diluncurkan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia 2015 “Tantangan Terkini Perairan Darat di Wilayah Regional Tropis: Menyongsong World Conference 2016”, Kamis (10/12), di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Ekosistem perairan darat berperan di berbagai sektor, antara lain menyediakan sumber pangan dan air minum yang aman dan bersih; kegiatan rekreasi, sosial, dan budaya; mengendalikan iklim dan siklus unsur hara; serta mengatur sistem hidrologi suatu kawasan. Karena itu, perairan darat komponen penting dari suatu daratan yang memengaruhi kehidupan manusia.

Sementara itu, terjadi laju penurunan keanekaragaman dan potensi produktivitas hayati, erosi, sedimentasi, perubahan siklus hidrologi, dan penurunan kualitas lingkungan perairan. Itu semua karena kerusakan yang diakibatkan adanya perubahan lahan, pencemaran, dan introduksi ataupun dominasi spesies asing.

Harus dicarikan solusi
Iskandar mengatakan, masalah-masalah tersebut tidak cukup hanya diketahui, tetapi juga harus dicarikan solusi yang tepat berbasis ilmu pengetahuan. “Jangan hanya pemetaan masalah, tetapi juga kajian solusi restorasi ekosistem perairan darat,” ujarnya.

Selain itu, ia mencontohkan, kematian ikan massal di Danau Maninjau, Sumatera Barat, cenderung berhenti pada penjelasan bahwa penyebabnya adalah upwelling atau kenaikan arus bawah danau yang membawa limbah pakan ikan dan rumah tangga. Namun, peneliti belum mendalami kemungkinan mekanisme tersebut merupakan bentuk pencarian keseimbangan baru dari ekosistem Danau Maninjau akibat adanya berbagai tekanan, terutama tekanan dari aktivitas manusia.

Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI serta Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia Tri Widiyantoro mengatakan, pertemuan ilmiah Kamis ini juga merupakan bentuk persiapan Indonesia menjadi tuan rumah World Lake Conference 2016 yang menurut rencana diselenggarakan di Bali.

“Indonesia sangat kaya, memiliki lebih dari 800 danau dan ribuan sungai,” ucap Tri. Dengan posisi tersebut, Indonesia diharapkan bisa memberi sumbangan pemikiran signifikan dalam konferensi.

J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas Siang | 10 Desember 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB