RI Tetap Berkomitmen Energi Bersih
Di tengah penyelenggaraan One Planet Summit di Paris, Perancis, Selasa (12/12), Bank Dunia mengumumkan penghentian pendanaan eksplorasi sumber energi fosil minyak dan gas bumi setelah 2019. Pendanaan migas bagi negara berkembang 1 miliar dollar AS, setara Rp 1,33 triliun per tahun.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan pembangunan harus meninggalkan penggunaan energi fosil dan lebih bertumpu pada dunia bisnis untuk praktik hijau. Beberapa komitmen muncul demi mempercepat aksi mengatasi dampak perubahan iklim.
Kebijakan itu menyusul pemberhentian pendanaan Bank Dunia untuk proyek batubara sejak 2010. Penghentian pinjaman itu bertujuan menekan ancaman perubahan iklim. Secara global, sumber emisi gas rumah kaca terbesar dari sektor energi adalah 38 persen (IRENA, 2017). Gas rumah kaca, gas-gas disetarakan gas karbondioksida, memerangkap gelombang panas matahari sehingga ada pemanasan global berujung pada perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam siaran pers itu disebutkan, Bank Dunia memandang perlu mengubah cara beroperasi di tengah ”dunia berubah cepat”. Kini, mereka menyiapkan 28 persen dana pinjaman untuk aksi menghadapi perubahan iklim.
Kini 1-2 persen dari portofolio Bank Dunia 280 miliar dollar AS (Rp 3,8 triliun) bagi proyek migas. Namun, Bank Dunia masih mendanai proyek migas di negara miskin yang tak bertentangan dengan Kesepakatan Paris 2015.
Acara One Planet Summit untuk memperingati dua tahun Kesepakatan Paris, kesepakatan dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Target kesepakatan itu adalah menahan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celsius dan berupaya keras tak melampaui 1,5 derajat celsius dibanding suhu di era pra-industri.
Sebagai tuan rumah One Planet Summit adalah Presiden Perancis Emmanuel Macron, Sekjen PBB Antonio Guterres, dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim. Acara itu dihadiri sekitar 50 kepala pemerintahan, pejabat negara, swasta, lembaga nonpemerintah dan masyarakat sipil, serta para tokoh perubahan iklim.
Skema pendanaan disepakati lewat konferensi Pertemuan Para Pihak (COP), yakni negara-negara maju menyediakan dana 100 miliar dollar AS per tahun bagi negara berkembang setelah 2020. Dana itu untuk aksi adaptasi negara miskin agar lebih tahan pada dampak perubahan iklim.
Sikap Indonesia
Sementara Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen membangun energi bersih. Sejumlah langkah dilakukan demi memenuhi kesepakatan global. Pemerintah mempertimbangkan keekonomian sumber energi bersih agar tak membebani warga.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan hal itu seusai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi One Planet Summit, seperti dilaporkan wartawan Kompas,Andreas Maryoto, di Paris, Selasa (12/12).
Selain Jonan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya jadi anggota delegasi Indonesia. Beberapa materi yang dibahas antara lain energi, lingkungan, pertanian, kehutanan, dan sampah.
”One Planet Summit minta kembali komitmen energi bersih semua negara. Peserta konferensi ini dari sektor keuangan, politik, dan lingkungan. Pesertanya beragam: menteri, wali kota, hingga pimpinan perusahaan. Pilihan energi bersih untuk mengurangi pemanasan global,” kata Jonan.
”Kita dorong pembangunan pembangkit listrik bersumber energi baru terbarukan. Persentasenya terus meningkat,” ujarnya. Namun, pihaknya berkeberatan menutup pembangkit listrik tenaga uap dalam waktu dekat karena jadi sumber energi yang diandalkan. (ISW)
Sumber: Kompas, 14 Desember 2017