Pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 di wilayah perairan antara Kalimantan dan Belitung melibatkan sejumlah pesawat dan kapal. Kapal riset kelautan milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia siap digunakan berikut alat deteksi obyek bawah laut hingga kedalaman 2.500 meter.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo dalam jumpa pers, Senin (29/12), menjelaskan, kapal riset itu memiliki sistem sonar atau deteksi dengan beragam pancaran gelombang suara yang disebut multibeam echo sounder.
”Pencarian pesawat di Laut Jawa menggunakan Baruna Jaya IV,” kata pelaksana tugas Deputi Menko Kemaritiman Bidang Infrastruktur Ridwan Djamaluddin. Selain alat sensor yang terpasang di kapal itu, dalam pencarian digunakan pula unit portabel yang mampu mendeteksi obyek sedalam 200 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ditambahkan Ridwan yang juga Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, Baruna Jaya IV biasa digunakan untuk survei dasar laut, selain kapal Baruna Jaya III. Kapal BJ III dapat memindai hingga kedalaman 10.000 meter.
Sementara BJ IV dapat memantau dasar laut hingga sedalam 3.000 meter. Kesiapan sonar di kapal itu cukup karena kedalaman Laut Jawa di sekitar Selat Karimata tidak lebih dari 100 meter.
Saat ini, kapal BJ IV telah disiapkan di Pelabuhan Bojonegara, Banten, untuk bertolak ke perairan sekitar Pulau Belitung dan Pontianak. Pemberangkatannya menunggu perkiraan lokasi dari pihak Basarnas. Paling tidak diperlukan lokasi pencarian seluas 100 kilometer persegi untuk mempercepat pencarian.
Untuk sampai ke lokasi, diperlukan pelayaran sekitar hampir dua hari. Operasi pencarian sendiri diperkirakan berlangsung sekitar seminggu.
Sebelumnya, kapal BJ IV telah digunakan untuk tujuan SAR, antara lain membantu pencarian pesawat Adam Air 574 di Selat Makassar pada 1 Januari 2007. Bangkai pesawat ditemukan berada pada palung berkedalaman sekitar 2.500 meter. Pencarian kapal dilakukan hampir 6 bulan.
Selain itu, BJ IV juga digunakan untuk mendeteksi feri Bahuga Jaya yang karam di Selat Sunda pada 26 September 2012 akibat ditabrak kapal tanker Norgas Cathinka. Pencarian bangkai kapal juga dilakukan menggunakan side scene sonar, yang menampilkan citra tiga dimensi obyek dari arah samping.
Pencarian dengan sistem sonar juga dilakukan untuk melacak keberadaan mobil-mobil yang tenggelam di dasar sungai bersamaan runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara sepanjang 710 meter, 26 November 2011.
Pencarian kapal, jelas Indroyono, juga akan melibatkan kapal riset Baruna Jaya VII atau VIII yang dimiliki LIPI. Kapal itu juga memiliki sistem sonar yang dapat menampilkan citra obyek tiga dimensi.
Kapal lain yang akan dikerahkan, antara lain, adalah milik Dishidros TNI AL, KKP, KPLP, dan Polair. Selain kapal milik TNI AL, kapal dari Malaysia, Singapura, dan Australia juga akan ikut dalam pencarian. Kapal yang digunakan, antara lain, adalah jenis fregat dan korvet. (YUN)
Sumber: Kompas, 30 Desember 2014