Jakarta paling siap melawan guncangan gempa dibanding kota-kota lain di Indonesia. Di kota ini, gedung-gedung pencakar langit hanya bisa berdiri lewat pemberian IMB jika didesain antigempa yang memiliki periode perulangan 500 tahun.
Yuskar Lase, pakar struktur bangunan tahan gempa dari Universitas Indonesia, menyatakan hal itu ketika dihubungi kemarin. Dia mengungkapkan, pekerjaannya sebagai anggota Tim Penasihat Konstruksi Bangunan di bawah koordinasi Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI.
Tim yang terdiri atas belasan ahli independen dari universitas dan juga konsultan ini bertugas memberi rekomendasi untuk setiap rencana pembangunan pencakar langit di Jakarta. Dampak gempa dan kebakaran adalah dua hal, yang di antaranya mereka perhatikan dalam setiap desain para pencakar langit itu. “Jadi saya pribadi tidak merasa khawatir (kualitas pencakar langit di Jakarta),” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yuskar mengingatkan soal ketentuan bangunan-bangunan tersebut, yang harus tahan gempa dengan periode perulangan 500 tahun. Periode perulangan itu merujuk pada gempa-gempa yang tergolong kuat. Tidak ada angka dalam Skala Richter yang tercetus, tapi Yuskar merujuk pusat-pusat gempa yang berada di luar radius 200 kilometer, seperti di Sukabumi, Jawa Barat.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan sekitar 500 gedung pencakar langit di Jakarta mempunyai kekuatan setara dengan yang berdiri di Jepang. Negeri itu baru saja digoyang gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter.
Namun Fauzi khawatir akan kualitas bangunan tiga atau empat lantai, seperti rumah-rumah toko dan gedung-gedung sekolah di wilayahnya. Proses pendirian bangunan-bangunan itu, katanya, tidak dalam pengawasan tim khusus.
Yuskar membenarkan bahwa Tim Penasihat Konstruksi Bangunan hanya bekerja untuk gedung-gedung yang memiliki tinggi lebih dari delapan lantai, punya basement, memiliki struktur beton prategang, dan memiliki balok panjang tanpa kolom di bawahnya, semacam jembatan penghubung dua mal di Pondok Indah. “Bangunan-bangunan yang complicated,” kata Yuskar, merangkum.
Kepala Bagian Perencanaan dan Strukturalisasi di Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan DKI Jakarta, Pandita, menyatakan tidak tahu pasti kekuatan bangunan di bawah sembilan lantai di Jakarta. Menurut dia, ada 10 ribu model bangunan dalam kategori itu, yang setiap tahunnya mengurus IMB ke Dinas P2B. “Dinas P2B hanya mengawasi, yang mendesain itu konsultan, dan yang melaksanakan adalah kontraktor,” katanya.
Tapi, sepanjang pelaksanaan pembangunan sesuai dengan yang telah direncanakan dan sesuai dengan ketentuan SNI, Pandita menambahkan, kualitas gedung dan keamanannya pasti terjamin. “Buktinya, dua kali gempa yang lalu, gedung di Jakarta baik-baik saja,” katanya lagi. HERU TRIYONO | WURAGIL
Jakarta Paling Siap
Goyangan gempa bisa dilawan dengan menerapkan konsep tiang kolom yang jauh lebih kuat daripada balok-baloknya. Konsep seperti ini membuat gempa besar hanya sanggup merusak bangunan, tapi tidak sampai membuatnya roboh-rata dengan tanah dan mencelakakan manusia di dalamnya. Konsep itulah yang diadopsi di Jepang pascagempa Kobe 1995, dan terbukti ampuh dalam kejadian gempa terbaru pada Jumat pekan lalu.
Yuskar Lase, yang juga anggota penasihat Gubernur DKI Jakarta di bidang struktur bangunan (publik), pernah meyakinkan bahwa konsep dan teknik itu tidak lalu membuat konstruksi bangunan menjadi mahal. Yuskar menghitung, selisih biayanya dengan konstruksi bangunan konvensional cuma 5 persen.
Tapi, sayangnya, banyak pemerintah daerah yang tidak melakukan diseminasi informasi ini. Kebanyakan pembangunan yang dilakukan di luar Ibu Kota, Yuskar mengungkapkan, cuma memperhatikan tata ruang atau lingkungan dan aspek arsitektural. “Padahal gempa itu tidak boleh merobohkan bangunan. Ini sudah pakemnya,” Yuskar menegaskan.
Sumber: Koran Tempo, 16 Maret 2011