Pengolahan data besar (big data), yaitu data dalam jumlah di luar kapasitas pengolahan konvensional, penting dan merupakan salah satu kunci komunikasi pemerintah dengan rakyat. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan mengenai komunikasi digital yang bertanggung jawab dalam masyarakat.
Data, antara lain dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia dan Internet World Stats, menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 72,2 juta pengguna internet dan 72 pengguna aktif media sosial. Artinya, terdapat data-data yang tersebar dan apabila dipilah dan ditelaah bermanfaat untuk pembangunan bangsa.
“Segala jenis informasi dalam semua aspek bisa ditemukan di dalam data besar. Ini bisa membawa perubahan besar bagi masyarakat,” kata Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Mirna Adriani dalam sambutannya pada diskusi panel “Web Science and Big Data Analytics Conference on Information Transparency dan Digital Democracy”, Selasa (25/8), di Jakarta. Acara ini diselenggarakan British Council dan menghadirkan pembicara, antara lain, Direktur Eksekutif Institut Web Sains Universitas Southampton, Inggris, Wendy Hall dan Kepala Unit Manajemen Jakarta Smart City Setiaji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hall mengutarakan, informasi digital berakar pada masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, keberadaan komunikasi dan informasi digital tidak ada artinya. “Akan tetapi, di era teknologi tinggi seperti sekarang, digitalisasi menjadi kebutuhan. Seseorang yang tidak memiliki akun digital bisa dianggap tidak ada di dunia,” ujarnya.
Mengutip Tim Berners-Lee dan Mark Fischetti yang menemukan peladen web global (world wide web), Hall menekankan bahwa hendaknya masyarakat memahami bahwa internet ataupun berbagai bentuk komunikasi digital hanyalah alat pengatur dan pengadministrasi. “Manusia adalah kekuatan kreatif dan moral yang sebenarnya,” ujarnya.
Karena itu, diperlukan kesadaran untuk membagi data dan informasi kepada masyarakat guna memberikan akses pemahaman yang lebih mendalam dan luas. Pasalnya, komunikasi digital juga merupakan agen perubahan di masyarakat yang memengaruhi tren berpikir dan berperilaku. Syaratnya, informasi yang disebar hendaknya tidak mengancam rahasia pribadi ataupun perusahaan yang sensitif.
Literasi digital
Mirna menekankan, di Indonesia, tren digital masih sebatas untuk bersenang-senang. Hal ini karena setelah dikekang lama, masyarakat Indonesia baru menemukan kebebasan berekspresi melalui gawai elektronik dan internet. Media sosial dan forum-forum digital belum bisa menjadi wadah diskursus yang produktif.
Secara alamiah, menurut Mirna, manusia akan terus berkembang dalam pemakaian teknologi. Namun, apabila mengandalkan proses alamiah tersebut, Indonesia akan terlambat perkembangannya memanfaatkan data besar ataupun media digital secara umum untuk kepentingan publik. “Pendidikan tata cara menggunakan dan memanfaatkan media digital harus disosialisasikan sesegera mungkin lewat lembaga pendidikan formal dan nonformal,” katanya.
Ia mencontohkan, literasi digital bisa membantu petani melek informasi karena mereka bisa membaca dan mengunduh informasi mengenai cara memajukan pertanian dan meningkatkan pendapatan. “Terutama dengan ambisi pemerintah untuk membuka jaringan internet di seluruh Indonesia. Informasi akan mengalir bukan hanya dari kota ke desa, melainkan juga sebaliknya. Masyarakat harus benar-benar dipersiapkan untuk menyikapi perkembangan ini,” tutur Mirna.
Salah satu contoh pemanfaatan media digital untuk kepentingan publik sudah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui aplikasi smartcity.jakarta.go.id. Melalui portal tersebut, masyarakat bisa memberi tahu pemerintah mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan. Pemerintah bisa melakukan evaluasi dan tindakan. Hal ini juga berpengaruh dalam pengambilan kebijakan yang berdampak positif bagi semua pihak.
LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas Siang | 25 Agustus 2015