Pertemuan angin di sekitar Jawa bagian barat dan Banten memicu terjadinya hujan beberapa hari terakhir di wilayah ini meski saat ini memasuki musim kemarau. Pemanasan tinggi di perkotaan turut memicu terbentuknya awan.
Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan terpantau muncul di sebagian area Yogyakarta, Senin (4/6/2018). ”Pola cuaca berubah cepat, tetapi dua hari ini peluang hujan terjadi mengingat MJO (Madden-Julian Oscillation) fase basah di wilayah Indonesia tengah,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ramlan.
Pola cuaca berubah cepat, tetapi dua hari ini peluang hujan terjadi mengingat MJO (Madden-Julian Oscillation) fase basah di wilayah Indonesia tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sirkulasi sklonik saat ini terjadi di perairan Samudera Pasifik dan sebelah utara Papua. Sumber; BMKG
Saat ini, sirkulasi sklonik terjadi di perairan Samudra Pasifik dan utara Papua. Adapun konvergensi angin terpantau di perairan timur Aceh dan belokan angin di Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Berdasarkan kondisi ini, daerah berpeluang hujan dua hari ke depan di antaranya Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Papua, dan Banten. Untuk Banten dan Kalimantan Utara, hujan bisa disertai angin kencang.
Terkait kemungkinan kebakaran hutan dan lahan, menurut Ramlan, hingga kini belum terpantau ada titik panas yang signifikan. ”Untuk Sumatera dan Kalimantan yang jadi langganan kebakaran, kondisinya lembab dan kerap hujan,” katanya.
Pemanasan lokal
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto menambahkan, hujan yang terjadi di Banten dan sekitarnya ini juga dipicu pengaruh pemanasan lokal daerah perkotaan.
Sebagian wilayah di Jawa Barat baru memasuki musim kemarau minggu-minggu ini. Sumber: BMKG
”Dari model satelit resolusi tinggi, teramati ada aliran angin masuk ke Jakarta pada siang-sore. Tingginya suhu perkotaan di siang hari mengubah sirkulasi angin dekat permukaan sehingga menuju selatan, sedangkan aliran udara di atas laut Jawa tetap dominan timuran menuju Sumatera,” ujarnya.
Dengan fenomena ini, menjelang sore, saat mayoritas area utara Jawa mencapai puncak terpanas dan lebih tinggi dibandingkan dengan dataran lain, maka massa angin akan tertarik ke arah daratan. Angin dari pantai selatan Jawa juga menuju daratan. ”Pertemuan angin ini memicu pertumbuhan awan hujan,” ungkapnya.
Menurut Siswanto, berdasarkan perkiraan BMKG sebelumnya, sebagian wilayah di Jawa Barat mengalami keterlambatan masuk musim kemarau. ”Beberapa daerah di Jawa Barat baru masuk musim hujan minggu-minggu ini,” katanya.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 5 Juni 2018