Banyak orang mengatakan, komoditas perbankan adalah uang. Namun, Mochtar Riady menyadari, sesungguhnya bank adalah bisnis “jual beli” kepercayaan.
Pendiri Lippo Group ini sudah menyampaikan keyakinannya itu 35 tahun silam pada Rapat Tahunan Pengurus Perbanas, tahun 1981, sebagaimana termuat dalam buku otobiografinya, Manusia Ide.
Saat peluncuran otobiografi itu di Jakarta, Rabu (27/1), Mochtar kembali menegaskan keyakinan ini. “Sepanjang saya punya kepercayaan, saya berkualitas menjadi bankir,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai pengembangan kepercayaan itu, bank harus dikelola menjadi pusat transaksi pengusaha dan masyarakat, baik di sisi hulu, hilir, maupun perantara.
Banyak tokoh memberi kesaksian tentang sosok Mochtar, antara lain mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman, Menko Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, serta mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia yang juga salah satu penasihat di Grup Lippo, Ginandjar Kartasasmita.
Lewat otobiografinya, Mochtar menceritakan lima episode perjuangan hidupnya. Perjalanannya sebagai bankir dikupas dalam tiga episode, terentang selama 60 tahun. Ia berkisah tentang perjuangan dan dinamika mendirikan dan mengelola bank, mulai dari Bank Buana, Paninbank, Bank Central Asia, hingga Lippobank. Dua episode lain menggambarkan masa kecil dan pengembangan grup usaha di luar perbankan.
Perjalanan Lippo Group pada masa krisis ekonomi 1997-1998 menjadi salah satu bagian menarik. Saat peluncuran buku ini. Ginandjar, misalnya, mengisahkan bagaimana dunia korporasi di Indonesia ambruk kala itu. Sebagian perusahaan dapat bangkit dan tumbuh lebih kuat dengan bantuan pemerintah melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Namun, Mochtar Riady bangkit tanpa bantuan itu.
Lippobank adalah satu-satunya bank yang tidak mengambil fasilitas BLBI. Mochtar mengatakan, hal itu dimungkinkan karena grup ini banyak belajar menghadapi pengalaman pahit, khususnya pengambilan dana besar-besaran (rush) tahun 1995 dan kebijakan perampingan Lippobank.
Di mata Rizal Ramli, Mochtar Riady adalah sosok dengan keterbukaan pikiran yang dilandasi perhitungan cermat.(BENNY D KOESTANTO)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Februari 2016, di halaman 18 dengan judul “Kepercayaan Seorang Mochtar Riady”.