Peluang Majukan Perbukuan Nasional

- Editor

Senin, 11 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tuna bumbu gohu khas Ternate disuguhkan menjadi makanan pembuka dalam jamuan makan siang pada Rabu (13/2/2019) di restoran The Providores, London, Inggris. Acara ini sebagai bagian dari promosi budaya menjelang London Book Fair 2019, di mana Indonesia akan menjadi market focus country yang pertama dari Asia Tenggara.



KOMPAS/PASCAL SB SAJU (CAL)

13-02-2019

Tuna bumbu gohu khas Ternate disuguhkan menjadi makanan pembuka dalam jamuan makan siang pada Rabu (13/2/2019) di restoran The Providores, London, Inggris. Acara ini sebagai bagian dari promosi budaya menjelang London Book Fair 2019, di mana Indonesia akan menjadi market focus country yang pertama dari Asia Tenggara. KOMPAS/PASCAL SB SAJU (CAL) 13-02-2019

Jamu kunyit asam dan wedang uwuh menjadi ”welcome drink” saat para tamu tiba di lantai dua Asia House, Marylebone, London, Inggris, malam itu. Juga tersedia koktail paduan kunyit asam dan vodka yang membuat tubuh lebih hangat.

Dua gadis Inggris berkeliling menawarkan makanan ringan. Ada lalapan pakai cocolan sambal, gado-gado, perkedel jagung, tempe, dan lapis legit. Ada juga emping dan kerupuk udang. Selain itu, disajikan pula bubur sumsum.

Tuna bumbu gohu khas Ternate disuguhkan menjadi makanan pembuka dalam jamuan makan siang pada Rabu (13/2/2019) di restoran The Providores, London, Inggris. Acara ini sebagai bagian dari promosi budaya menjelang London Book Fair 2019, di mana Indonesia akan menjadi market focus country yang pertama dari Asia Tenggara.–KOMPAS/PASCAL SB SAJU (CAL)–13-02-2019

KOMPAS/PASCAL SB SAJU–Tuna bumbu gohu khas Ternate disuguhkan menjadi makanan pembuka dalam jamuan makan siang pada Rabu (13/2/2019) di restoran The Providores, London, Inggris. Acara ini sebagai bagian dari promosi budaya menjelang London Book Fair 2019, di mana Indonesia akan menjadi market focus country yang pertama dari Asia Tenggara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Makanan dan minuman Nusantara itu disajikan dua perempuan koki Indonesia, yakni Shanti Serad dari Jakarta dan Petty Elliott yang menetap di London. Selain sebagai koki, Petty dan Shanti, yang sudah tidak asing lagi bagi pencinta kuliner Nusantara, juga penulis buku masakan.

Para tamu pun menyaksikan pameran beberapa karya seni di ruangan pertama. Di sana dipajang topeng kontemporer karya Emma Brassington, warga London, peserta program Beasiswa Darmasiswa Indonesia dan topeng tradisional koleksi KBRI London tentang karakter cerita serial Panji.

Pameran busana tenun ikat karya desainer muda Didiet Maulana yang mengusung tema ”Senandung Nusantara” mendapat perhatian besar tamu. Pada sekuens pertama, Didiet menampilkan busana dari tenun ikat Sumba, Nusa Tenggara Timur. Di sekuens kedua, Didiet menghadirkan tenun ikat Denpasar (Bali), Kediri (Jatim), dan Makassar (Sulsel).

Di ruangan kedua, etnomusikolog Nyak Ina Raseuki (53), yang biasa disapa Ubiet, membawakan enam lagu keroncong karya S Abdullah dari era 1930-an. Istri sastrawan Nirwan Dewanto ini diiringi tabuhan gendang Melayu oleh Shafur Bachtiar dan synthesizer oleh Tesla Manaf.

Fokus pasar buku
Lantai dua Asia House, Jumat (15/2//2019) malam, dipakai Indonesia untuk menggelar cultural late menyambut kehadiran Indonesia sebagai pusat pasar (market focus country) di London Book Fair (LBF), 12-14 Maret ini.

Acara tersebut dihadiri sekitar 200 tamu dari komunitas warga Anglo Indonesia, termasuk Duta Besar Inggris untuk Indonesia 2008-2011 Martin Alan Hatfull. Dari sisi Indonesia, hadir antara lain Duta Besar RI untuk Inggris Rizal Sukma.

Terpilihnya Indonesia sebagai pusat pasar LBF untuk pertama kalinya inilah yang mendorong Komite Buku Nasional (KBN) mempromosikan lebih awal kehadiran Indonesia sebagai pusat pasar di LBF 2019 kepada publik Inggris, medio Februari lalu. KBN didukung Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta British Council.

Promosi warisan budaya Indonesia yang kaya dan unik, baik menyangkut mode, kuliner, musik, film, pembacaan puisi, maupun minuman tradisional, itulah yang diperkenalkan kepada publik Inggris. Sebelumnya dilaksanakan makan siang bertajuk ”Spice Island Revisited” untuk memperkenalkan kuliner Nusantara.

Dua kegiatan itu mengusung tema keanekaragaman dan menunjukkan semangat budaya kontemporer Indonesia. Pesan keberagaman selaras dengan semangat kehadiran Indonesia dengan tema ”17.000 Islands of Imagination”.

Ketua Harian Panitia Pelaksana Indonesia Fokus Pasar untuk LBF 2019 Laura Bangun Prinsloo, selaku tuan rumah malam budaya itu, mengatakan, Indonesia adalah negara pertama Asia Tenggara yang terpilih menjadi pusat pasar LBF. Sejak 2015, Indonesia hanya menjadi tamu kehormatan.

”Mudahan-mudahan, Indonesia akan lebih dikenal dunia. Selama ini, Indonesia tidak dikenal sebagai produsen buku, khususnya literatur atau karya-karya sastra, seperti novel,” kata Dubes Rizal di sela-sela acara tersebut.

Instrumen dialog
Rizal mengatakan, buku bisa menjadi instrumen dialog dan media promosi. ”Dan, yang paling penting juga sebagai instrumen untuk Indonesia lebih terlibat dalam pembicaraan tentang berbagai aspek di level global. Itu yang diharapkan akan tercapai lewat LBF 2019,” kata Rizal.

Menurut Laura, di LBF 2019, Indonesia akan menyampaikan semangat keberagaman lewat literatur atau buku-buku dan kekayaan intelektual nonbuku sebagai bagian komunitas global. Buku adalah khazanah pengetahuan dan jendela dunia.

Kuliner, mode, film, seni pertunjukan, komik, ekshibisi arsitektur dan desain grafis, ilustrasi, board games, serta animasi digital adalah produk kekayaan intelektual nonbuku.

Lewat buku dan kekayaan intelektual nonbuku, dunia diharapkan semakin mengenal Indonesia, bangsa yang kaya dan beragam budaya. Peluang diharapkan semakin besar setelah Indonesia menjadi sorotan utama, yakni pusat pasar, bagi semua aktivitas bisnis penjualan buku dan hak cipta.

Menurut Koordinator Program Indonesia Pusat Pasar LBF 2019 John McGlynn, Indonesia memamerkan 450 judul buku serta menghadirkan 20 penerbit dan 12 penulis.

Mereka mempresentasikan keberagaman literasi Nusantara, daerah, agama, genre, kualitas karya, produktivitas, jumlah karya yang diterjemahkan, dan fasih menggunakan bahasa Inggris.

Indonesia menggelar 100 program acara yang digelar selama LBF 2019. Meski tak sebesar Frankfurt Book Fair dalam penjualan buku, LBF terbesar untuk penjualan hak cipta. LBF 2019 diharapkan menjadi peluang emas Indonesia memajukan perbukuan nasional sehingga bisa melakukan penetrasi lebih luas ke pasar internasional.–PASCAL BIN SAJU

Sumber: Kompas, 11 Maret 2019 •

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB